
Tanda Kiamat Datang dari Antartika, Awas Bumi Tenggelam

Jakarta, CNBC Indonesia - Es laut yang menyelimuti lautan di sekitar Antartika mencapai rekor terendah pada musim dingin ini. Hal ini menambah kekhawatiran para ilmuwan bahwa dampak perubahan iklim di kutub selatan semakin meningkat.
Penelitian dari Pusat Data Salju dan Es Nasional AS (NSIDC) pada hari Senin (25/9/2023) menunjukan perubahan ini dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi yang berkembang biak dan membesarkan anak-anak mereka di lautan. Ini juga menjadi pertanda pemanasan global yang parah.
"Luas es laut Antartika mencapai puncaknya tahun ini pada 10 September, ketika luasnya mencapai 16,96 juta kilometer persegi, jumlah maksimum musim dingin terendah sejak pencatatan satelit dimulai pada tahun 1979," kata NSIDC kepada Reuters.
"tu berarti luas es yang berkurang sekitar 1 juta kilometer persegi dibandingkan rekor musim dingin sebelumnya yang terjadi pada tahun 1986."
"Ini bukan hanya tahun pemecahan rekor, ini adalah tahun pemecahan rekor yang ekstrem," tambah ilmuwan senior NSIDC, Walt Meier.
Antartika telah terkena dampak perubahan iklim selama satu dekade terakhir, dengan es laut yang memburuk dengan cepat karena wilayah utara memanas empat kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.
Meskipun perubahan iklim berkontribusi terhadap mencairnya gletser di Antartika, masih belum diketahui secara pasti bagaimana pemanasan suhu berdampak pada es laut di dekat Kutub Selatan itu. Luas es laut di sana meningkat antara tahun 2007 dan 2016.
Peralihan ke kondisi terendah dalam beberapa tahun terakhir membuat para ilmuwan khawatir bahwa perubahan iklim akhirnya akan terjadi di lautan es Antartika.
Meskipun Meier dari NSIDC memperingatkan bahwa terlalu dini untuk mengatakannya, sebuah artikel akademis yang diterbitkan awal bulan ini di jurnal Communications Earth and Environment menunjukkan bahwa perubahan iklim sebagai faktor potensial.
Studi tersebut menemukan bahwa pemanasan suhu laut, yang terutama disebabkan oleh emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh aktivitas manusia, berkontribusi terhadap penurunan permukaan es di laut sejak tahun 2016.
"Pesan utamanya di sini adalah untuk melindungi bagian-bagian beku dunia yang sangat penting karena berbagai alasan," kata Ariaan Purich, peneliti es laut di Universitas Monash Australia yang ikut menulis penelitian ini.
"Kita benar-benar perlu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca kita."
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fakta Baru! Ternyata Sikat Gigi Bisa Bikin Kiamat
