Gak Seperti Nikel, Harta Karun Super Langka RI Terabaikan!

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 15/09/2023 14:40 WIB
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana pemerintah menggenjot pemanfaatan mineral langka Logam Tanah Jarang (LTJ) rupanya masih belum optimal. Hal tersebut dapat terlihat dari kegiatan eksplorasi yang belum didetailkan lebih lanjut.

Wakil Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bidang Mineral, Yoseph C.A Swamidharma mengungkapkan pihaknya selalu mendukung upaya pemerintah dalam menggalakkan hilirisasi di sektor pertambangan. Namun demikian, ia berharap agar LTJ di Indonesia dapat segera mendapatkan perhatian khusus.

"Memang kalau potensinya selama ini, geologis di Indonesia fokusnya memang ke lima mineral utama, yaitu besi, nikel, tembaga, bauksit, dan timah, jadi logam tanah jarang memang tertinggal eksplorasinya," ungkap Yoseph dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Jumat (13/9/2023).


Oleh karena itu, dia berharap agar pemerintah, baik Badan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan geologis Indonesia perlu memperdalam dan memperbanyak aktivitas terkait penggalian logam tanah jarang.

"Memang tugas dari Badan Geologi, BRIN, dan geologis Indonesia perlu untuk memperdalam dan memperbanyak aktivitas di LTJ ini agar cadangan kita bertambah," ujarnya.

Dia mengatakan, penggalian LTJ ini perlu semakin digencarkan karena memiliki manfaat yang besar, mulai dari medan magnet untuk penggerak motor, baterai kendaraan listrik, hingga teknologi peralatan militer.

"LTJ saat ini salah satu unsur yang sangat ditunggu di dunia karena manfaatnya sangat besar, terutama mendukung program pemerintah untuk kendaraan listrik. Bukan hanya litium, nikel, mangan, dan kobalt tapi untuk beberapa LTJ juga digunakan untuk kendaraan listrik," jelasnya.

Yoseph membeberkan saat ini China memimpin sebagai negara dengan produksi LTJ terbesar di dunia. Negeri panda tersebut bahkan digadang-gadang memiliki cadangan LTJ hingga mencapai 44 juta ton.

"Kalau kita lihat ranking yang besar 44 juta China, cadangan mereka bisa 44 juta," kata dia.

Setelah China, negara berikutnya yang memiliki cadangan LTJ terbesar yakni negara seperti Brazil dan Rusia dan negara lainnya dengan estimasi cadangan 20 juta ton. Disusul dengan Australia yang mempunyai cadangan sebesar 5 juta ton.

"Nah di Indonesia saat ini inventory-nya memang hanya sekitar 300 ribu," ujarnya.

Meski demikian, ia optimistis angka cadangan LTJ di Indonesia bisa lebih dari 300 ribu ton. Apalagi kegiatan eksplorasi yang dilakukan di Indonesia belum terlalu mendetail.

Oleh sebab itu, ia mendorong agar eksplorasi yang telah dilakukan dapat didetailkan kembali. Mengingat kandungan LTJ yang ada di Indonesia berbeda dengan kandungan LTJ di benua-benua besar seperti Australia, China, Brazil, dan Amerika.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Polemik Tambang Nikel Raja Ampat, Bahlil Ungkap "Titah" Prabowo