
Harga Minyak Meroket, Sri Mulyani Rombak Asumsi RAPBN 2024

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pemerintah dan DPR dalam rapat panitia kerja RAPBN 2024 telah memutuskan untuk menaikkan asumsi harga minyak mentah Indonesia. Ini akibat melonjaknya harga minyak dunia beberapa waktu terakhir.
Mulanya, harga minyak mentah Indonesia atau ICP dalam RAPBN 2024 dipatok di level US$80 per barel, namun kini menjadi US$82 per barel. Kondisi ini menurut Sri Mulyani disebabkan harga minyak yang kini terus naik hingga di kisaran US$90 per barel akibat keputusan Arab Saudi dan Rusia yang mau membatasi produksi.
"Dari asumsi makro 2024 yang berubah adalah ICP yang naik dari US$80 ke US$82. Seperti kami sampaikan tadi beberapa minggu terakhir harga minyak melonjak bahkan sekarang naik di sekitar US$90," kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Sri Mulyani menjelaskan, melonjaknya harga minyak dunia disebabkan keputusan produsen minyak utama dunia, yakni Arab Saudi dan Rusia yang telah mengumumkan akan menahan produksi hingga Desember 2023. "Sehingga memasuki winter dengan jumlah produksi yang tertahan," tegasnya.
Di sisi lain, dia melanjutkan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden juga telah mengumumkan pembatalan eksplorasi sumber cadangan minyak mentah barunya di Alaska. Proyek kontroversial ini dikenal dengan nama Proyek Willow. "Ini tentu akan menimbulkan dinamika dari sisi supply side," tegas Sri Mulyani.
Selain dari sisi pasokan minyak mentah dunia yang akan terganggu ke depan, Sri Mulyani mengatakan, dari sisi permintaan juga sebetulnya akan mengakami penurunan, terutama akibat proyeksi pertumbuhan ekonomi AS yang masih akan lemah, bersama dengan pertumbuhan ekonomi China.
"Apakah itu menyangkut AS yang masih mencari balancing antara bagaimaan mereka mendaratkan inflasi lebih rendah tanpa disrupsi pertumbuhan ekonominya," tutur Sri Mulyani.
"Ini masih menjadi salah satu ketidakpastian yang harus kita terus perhatikan dan tentu ekonomi kedua terbesar, RRT yang sedang terus berupaya untu pulihkan ekonomi yang cenderung melemah," ucapnya.
Dua hal dari sisi pasokan dan permintaan terhadap minyak mentah dunia yang terganggung ini menurutnya akan menjadi basis proyeksi bahwa dinamika harga minyak masih akan bergejolak ke depan, sehingga memengaruhi harga ICP sendiri dalam APBN 2024.
"Selain itu tentu ada faktor geopolitik, ini yang sering tidak bisa dimasukkan dalam modeling proyeksi," ungkap Sri Mulyani.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Minyak, Sri Mulyani Revisi Target PNBP 2024