
Nasib! Hibah Dana JETP dari AS Cs Buat RI Cuma Secuil

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia terus melakukan lobi-lobi atas pendanaan untuk program transisi energi melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) seperti yang sudah dijanjikan oleh negara-negara yang tergabung dalam G7 senilai US$ 20 miliar atau Rp300-an triliun.
Diketahui, bahwa dana US$ 20 miliar itu sebagai komitmen negara-negara maju untuk mendukung Indonesia dalam bertransisi energi salah satunya mempensiunkan dini PLTU batu bara (early retirement).
Namun saat ini komitmen pendanaan tersebut belum juga turun. Yang terang, dana yang akan diperoleh ke Indonesia bukan hanya berbentuk hibah melainkan ada melalui pinjaman-pinjaman.
Masalahnya, hibah yang akan diperoleh dari komitmen dana US$ 20 miliar itu dinilai kecil. "Tapi secara prinsip memang grants-nya terlalu sedikit. Masih harus didiskusikan antara pemerintah dan IPG (International Partners Group). Ini ga ada hubungan dengan proposal ditunda, memang hanya butuh waktu saja, karena banyak hal yang perlu didiskusikan," ungkap Wakil Ketua Sekretaris JETP, Paul Butarbutar, Rabu (23/8/2023).
Paul menjelaskan alasan kenapa hibah dari dana JETP terhitung kacil. Hal itu karena ada masalah alokasi dari masing-masing negara. Sebagaimana diketahui, negara-negara yang tergabung dalam G7 diantaranya adalah Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Jepang dan Kanada. "Masalah kebijakan masing-masing negara saja," ungkap Paul Butarbutar.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana membeberkan bahwa porsi hibah yang didapat Indonesia dari total pendanaan JETP hanya sekitar US$ 130 juta atau Rp 1,99 triliun (asumsi kurs Rp 15.328 per US$) itu artinya jauh dari komitmen dalam JETP yang senilai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun.
"Waktu itu kita sudah sampaikan US$ 130 juta itu yang hibah," kata Dadan ditemui di Gedung Kementerian ESDM, dikutip Rabu (23/8/2023).
Dadan menjelaskan model pendanaan tersebut nantinya dalam beberapa bentuk kombinasi, beberapa di antaranya seperti dengan mekanisme komponen grant, komponen bantuan teknis atau Technical Assistance, dan komponen pinjaman konstitusional.
"Ada technical assistance, kemudian ada yang pinjaman tapi commercial loan yang bunganya lebih menarik. Ada yang terakhir itu yang kira-kira US$ 10 miliar itu pinjaman komersial itu datanya yang perbankan Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ)," tambah Dadan.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tagih Janji Manis Rp 300 Triliun AS Cs, RI Nego 2 Hal Ini