Ramalan Ekonomi Dunia 2024: China & AS Apes, India Juaranya!

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
Jumat, 18/08/2023 11:11 WIB
Foto:Jajaran bendera negara-negara G20 (AFP via Getty Images/MONEY SHARMA)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia, dalam buku Nota Keuangan Tahun Anggaran 2024, memperkirakan ekonomi global akan membaik pada tahun depan.

"Negara berkembang diharapkan menjadi penopang utama pemulihan ekonomi global tahun 2024 di tengah prospek ekonomi negara maju yang masih lemah," tulis pemerintah Indonesia dalam Nota Keuangan.

Indonesia melihat perbaikan ini ditopang oleh tren moderasi inflasi dan berkurangnya agresivitas pengetatan moneter memberi ruang bagi pemulihan global di tahun 2024. Tekanan inflasi global yang sudah mereda sejak tahun 2023 akan terus melanjutkan moderasi hingga tahun 2024.


Seiring dengan tekanan inflasi global yang terus mereda, agresivitas pengetatan moneter di tahun 2024 akan mereda dan pelonggaran diperkirakan akan dilakukan oleh beberapa negara utama, termasuk AS.

Dalam dot plot terkini The Fed per Juni 2023, terindikasi suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) akan turun ke level 4,50 persen di akhir tahun 2024.

Meskipun demikian, tingkat suku bunga acuan tersebut relatif masih tinggi dan akan bertahan tinggi (higher for longer) dalam beberapa periode ke depan akibat inflasi yang masih di atas target.

Dari geografis, pemerintah melihat pertumbuhan ekonomi global di tahun 2024 akan ditopang oleh perekonomian Asia yang masih solid. Prospek pertumbuhan ekonomi China diperkirakan melambat, namun India dan sejumlah negara ASEAN diprediksi terus menguat.

"Pertumbuhan ekonomi Tiongkok diprediksi melambat di tahun 2024, setelah sempat rebound dari pandemi di tahun 2023. Reopening yang tidak sesuai ekpektasi membebani pemulihan di tahun 2023 dan diperkirakan menghambat laju pemulihan ke depan," tegas pemerintah.

IMF memperkirakan ekonomi China kembali melambat dengan pertumbuhan hanya 4,5 persen di tahun 2024. World Bank juga memprediksi pertumbuhan ekonomi China melambat ke tingkat 4,6 persen di 2024. Amerika Serikat (AS) juga diperkirakan mengalami perlambatan ekonomi.

"Terganggunya pemulihan ekonomi AS merupakan dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif sejak tahun 2022 serta inflasi yang persisten tinggi," ungkap Nota Keuangan.

Dengan tingkat inflasi yang masih berada di atas target jangka menengah dan panjang, suku bunga masih akan tetap tinggi dan menjadi penghambat ekspansi aktivitas ekonomi AS.

Untuk menjaga agar prospek pertumbuhan ekonomi tidak terlalu tertekan, Pemerintah AS berupaya mengarahkan kebijakan fiskal yang akomodatif namun tetap berhati-hati.

Adapun, pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa di tahun 2024 diperkirakan mampu bertahan di level positif meskipun lemah. Pertumbuhan positif kawasan ini didukung oleh inflasi yang sudah lebih terkendali dan efektifnya kebijakan moneter dari European Central Bank (ECB).

Negara-negara Eropa juga berupaya menyeimbangkan ketatnya kondisi kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal yang lebih akomodatif.

Seperti disampaikan di atas, pertumbuhan ekonomi India diperkirakan terus solid pada tahun 2024, menjadi yang tertinggi di antara negara G20. India merupakan penyumbang tiga-perempat output perekonomian kawasan Asia Selatan.

IMF memperkirakan Negara Anak Benua ini akan dapat tumbuh sebesar 6,1% pada tahun ini dan meningkat di tahun 2024. World Bank juga memperkirakan ekonomi India kian menguat ke depan, dengan pertumbuhan di atas 6% untuk tahun 2023 dan 2024.

"Pertumbuhan ekonomi India akan menjadi yang tertinggi diantara negara G20 didukung oleh konsumsi domestik yang terus terjaga," tulis pemerintah RI.

Pemulihan sektor manufaktur India juga terus berlanjut pasca pandemi. Reformasi dan strategi kebijakan India berfokus pada penguatan infrastruktur, investasi, manufaktur, dan teknologi.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia ?

Dalam pembacaan nota keuangan, Presiden Joko Widodo menyampaikan pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan sebesar 5,2%. Sebagai catatan, angka itu lebih rendah dari target tahun ini yang sebesar 5,3%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, rendahnya target pertumbuhan ekonomi pada 2024 disebabkan oleh kondisi global disebabkan oleh kondisi global. Seperti pelemahan ekonomi di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China.

"Amerika, Eropa, dalam jangka 1-1,5 tahun ke depan, 12-18 bulan ke depan kita mengantisipasi dari sisi itu," tegas Sri Mulyani.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekspor Batu Bara RI ke China Turun Hingga 15%