'Kiamat' Beras India Guncang Dunia, Makan Korban Tetangga RI
Jakarta, CNBC Indonesia - India memicu 'kiamat' beras, yang akhirnya memakan korban beberapa negara tetangga Indonesia.
Dikabarkan sebelumnya, dampak signifikan akibat pelarangan ekspor beras yang dilakukan India diyakini bakal mengenai banyak negara. Pada 20 Juli, India melarang ekspor beras non basmati demi menjaga pasokan dan membendung kenaikan harga (inflasi) di dalam negeri.
India adalah salah satu eksportir beras utama dunia. Beras non basmati berkontribusi 17% dari total 40% beras India yang diekspor ke global saat ini.
"(Langkah India) berisiko memperburuk kerawanan pangan di negara-negara yang sangat bergantung pada impor beras," kata firma analitik data Gro Intelligence dalam sebuah catatan.
Baru-baru ini, aturan yang diberlakukan India direspons Vietnam. Setelah pemberitahuan India, Vietnam dilaporkan meminta asosiasi pangan, yang juga mewakili eksportir dan pengolah beras, untuk memastikan kecukupan pasokan beras dalam negeri guna menjaga ketahanan pangan.
Reuters memuat bagaimana Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam mengirimkan dokumen khusus ke Asosiasi Pangan Vietnam.
"Langkah India untuk mengekang ekspor berasnya akan memengaruhi pasar beras global," tulis dokumen itu, dikutip Sabtu (5/8/2023).
Dilaporkan bagaimana pemerintah meminta asosiasi untuk memerintahkan anggotanya secara ketat menjaga cadangan beras, setara dengan setidaknya 5% dari volume ekspor mereka pada bulan-bulan sebelumnya. Pedagang beras juga diminta menyeimbangkan antara ekspor dan penjualan domestik untuk menstabilkan harga domestik.
Perlu diketahui, Vietnam adalah pengekspor beras terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Thailand. Menurut data bea cukai pemerintah, pengiriman beras pada paruh pertama tahun ini naik 21,3% dari tahun sebelumnya menjadi 4,24 juta ton.
"Pedagang beras diminta untuk memantau dengan cermat kondisi pasar agar memiliki rencana produksi dan ekspor yang sesuai untuk memastikan keuntungan," bunyi dokumen ke pedagang lagi.
Tetangga RI
Sebelumnya, beberapa negara tetangga Indonesia diramalkan terkena dampak yang paling signifikan dari kebijakan India. Salah satunya Negeri Jiran, Malaysia. Berikut daftar lengkapnya:
Malaysia
Laporan terbaru Barclays Rabu, menyebutkan potensi Malaysia sebagai salah satu negara yang terkena dampak serius. Ini karena ketergantungannya yang sangat signifikan ke India.
"Malaysia tampaknya menjadi yang paling rentan menurut analisis kami," sebut laporan Barclays yang dikutip CNBC International.
"Negara ini mengimpor sebagian besar pasokan berasnya, dan India menyumbang bagian yang relatif besar dari impor berasnya," tulis para analis.
Singapura
Singapura juga diyakini sangat terdampak. Di mana laporan menunjukkan bahwa India menghasilkan sekitar 30% dari impor beras negara kota tersebut.
Pemerintah pun sudah bergerak untuk mengendalikan situasi. Permohonan penangguhan ke pemerintah Delhi pun dikirim.
"Singapura berhubungan dekat dengan otoritas India. Untuk mencari pengecualian dari larangan tersebut" kata Badan Pangan Singapura (SFA) akhir pekan.
"SFA bekerja sama dengan importir untuk meningkatkan impor berbagai jenis beras dari berbagai sumber," tambah SFA lagi mengatakan solusi lain.
Untuk memastikan pasokan beras cukup, Singapura juga mengumumkan Skema Penimbunan Beras Singapura. Di mana importir beras harus memiliki persediaan penyangga yang setara dengan dua kali impor bulanan mereka.
"Kami meninjau buffer inventaris secara teratur dan siap bekerja sama dengan industri jika diperlukan penyesuaian," ujar SFA lagi.
"Konsumen juga didorong untuk fleksibel dan dapat beradaptasi dengan beralih ke varietas beras lain, termasuk sumber karbohidrat lain jika terjadi gangguan," jelasnya.
Filipina
Tetangga RI lain, Filipina, juga berpotensi sangat terpukul. Dalam laporan Barclays Negeri Tagalog akan menjadi yang paling rentan terhadap kenaikan harga beras global mengingat bobot beras tertinggi dalam keranjang Index Harga Konsumen (IHK) negara tersebut.
Saat ini saja, Manila sedang berupaya untuk mencari pasokan beras baru. Pasalnya, fenomena iklim El Nino diramalkan akan merusak panen hasil pertanian, mengancam stok pangan negara itu.
Filipina, salah satu importir beras terbesar di dunia, biasanya membeli beras pokok terutama dari tetangganya Vietnam. Tetapi Presiden Filipina Ferdinand Marcos mengatakan pasokan dari Vietnam mungkin terbatas karena pembeli lain yang berbondong-bondong masuk.
"Saya sedang memikirkan pasokan beras nasional. Semua bersiap menghadapi El Nino, seluruh Asia Tenggara," ujarnya seperti dimuat Reuters.
(luc/luc)