'Kiamat' Beras India Beneran Tak Ngefek ke RI? Cek Datanya

Damiana, CNBC Indonesia
04 August 2023 07:35
Para pekerja sedang mengangkat beras di Gudang Bulog Kelapa Gading Jakarta. (Dok. Bulog)
Foto: Para pekerja sedang mengangkat beras di Gudang Bulog Kelapa Gading Jakarta. (Dok. Bulog)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi telah blak-blakan menyatakan larangan ekspor beras oleh India tak akan mengganggu kestabilan pangan di dalam negeri.

Padahal, menurut International Food Policy Research Institute (IFPRI), India memasok 40% beras ke pasar global di tahun 2022/2023. Karena itu, setiap aksi India diakui akan memicu efek domino.

Arief mengatakan, pemerintah telah menugaskan Bulog mengisi stok cadangan beras pemerintah (CBP) lewat impor dengan kuota 2 juta ton. Menurutnya, sumber impor itu berasal dari berbagai negara, namun tidak dari India.

"Trade balance India itu dengan Indonesia kalahnya besar. Sehingga teman-teman dari India ini mengharapkan kita itu importasinya salah satunya dari India," katanya, dikutip Jumat (4/8/2023).

"Jadi memang mereka sendiri yang meminta pemerintah Indonesia untuk menyeimbangkan atau trade balance karena ekspor CPO kita jauh lebih besar," ujar Arief.

Deputi bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa menambahkan, keputusan India melarang ekspor beras tak akan mengganggu RI. Sebab, kata dia, Indonesia tak hanya mengimpor beras dari India.

"Larangan ekspor India nggak banyak pengaruh, kita impor sedikit sih. Kita impor juga dari Vietnam, Pakistan, Thailand, Burma (Myanmar)," kata Ketut.

"Dan, teman-teman Perum Bulog juga sedang berkomunikasi dengan Kamboja," tambahnya.

Seperti diketahui, pada 20 Juli 2023 lalu, India mengumumkan larangan ekspor beras non-basmati untuk menekan laju kenaikan harga beras di negara itu. Di mana, IFPRI mencatat, sejak Oktober 2022 harga beras di India sudah melonjak hingga 30%.

Hingga kini sejumlah negara telah bersiap mengantisipasi keputusan India itu, termasuk melakukan lobi-lobi agar tetap bisa mengimpor beras India.

Lalu, seberapa besar ketergantungan Indonesia akan beras India?

Mengacu data resmi asosiasi eksportir beras India, The All India Rice Exporters Association (AIREA), India bukanlah pasar ekspor utama beras India.

Tercatat, ekspor beras beras non-basmati India pada Mei 2023 sebanyak 1.426.691 ton atau sekitar US$530 juta. Naik dibandingkan Mei 222 di mana ekspor tercatat 1.327.110 ton atau US$481,16 juta.

Secara total ekspor non-basmati India selam 3 tahun terakhir mengalami lonjakan signifikan. Tercatat, ekspor pada periode tahun 2020-2021 sebanyak 42.963 atau setara US$12 juta. Lalu pada tahun 2021-2022 melonjak jadi 210.793 ton sekitar US$60 juta, dan pada periode tahun 2022-2023 berjalan tercatat sudah mencapai 197.113 ton atau sekitar US$65 juta.

Di kawasan Asia Tenggara, ekspor beras non-basmati India pada tahun 2023 hingga saat ini terbanyak ke Vietnam. Yaitu sebanyak 100.907 ton atau sekitar US$33,75 juta.

Disusul Singapura yang impor sebanyak 18.834 ton atau sekitar US$7,90, dan Timor Leste mengimpor 16.459 ton atau US$5,41 juta.

Sementara, tercatat pada Mei 2023, impor oleh Indonesia 'hanya' 9.512 ton atau US$2,75 juta. Anjlok dibandingkan Mei 2022 yang mengimpor 17.256 ton atau US$5,61 juta. Angka tersebut adalah untuk beras non-basmati, yang ekspornya dilarang India.

Sedangkan untuk ekspor beras basmati India ke Indonesia, pada bulan Mei 2022 tercatat 'hanya' 200 ton atau US$0,25 juta. Dan pada tahun 2023 melonjak jadi 733 ton atau US$0,80 juta.

Di sisi lain, Ketut memaparkan, stok beras awal tahun 2023, yang mengacu hasil survei stok beras oleh BPS dan Bapanas, tercatat sebanyak 4,06 juta ton. Dengan produksi dalam negeri, ditambah impor, pada akhir tahun diperkirakan ada stok akhir sebesar 7,681 juta ton. Konsumsi nasional sebulan diasumsikan sebanyak 2,57 juta ton.

Produksi beras tahun ini diperkirakan mencapai 31,55 juta ton. Pada Januari-Juni 2023 tercatat sudah ada realisasi impor sebanyak 1,01 juta ton dan direncanakan pada Juni-Desember 2023 akan masuk lagi 1,88 juta ton.

Menurut Perum Bulog, untuk tahun ini, impor beras dari India baru 5.000 ton. Sisanya dari Thailand dan Vietnam. Di mana, Bulog telah merealisasikan impor beras tahap I sebanyak 500 ribu ton, dan sedang proses pelaksanaan tahap II sekitar 300 ribu ton.

"Tahap 1 kita ada kontrak dengan India, untuk tahap 2 belum ada," kata Kabag Humas Bulog Tomi Wijaya kepada CNBC Indonesia, Senin (17/7/2023).


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap, Harga Gula Bisa 'Meledak', Ini Penyebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular