
Efek CPO, Anak Buah Jokowi Pede RI Kebal 'Kiamat' Beras India

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah sepertinya tak ambil pusing dengan rencana India menutup keran ekspor beras non-bamasti. Apalagi, Indonesia masih surplus perdagangan atas India, salah satunya karena ekspor minyak sawit (CPO).
BPS mencatat, per April 2023, India bersama Amerika Serikat (AS) dan Filipina menjadi 3 negara penyumbang surplus perdagangan bagi Indonesia. Di mana, ekspor Indonesia ke India senilai US$1,544. juta, sedangkan impor dari India tercatat US$428,5 juta. Komoditas andalan ekspor Indonesia ke India diantaranya lemak dan minyak hewan, dalam hal ini CPO.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pun menyebutkan, pada tahun 2022, India merupakan pasar minyak sawit RI terbesar kedua setelah China. Dan, Indonesia adalah produsen CPO nomor satu di dunia.
Arief menuturkan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pihaknya telah mempersiapkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang pemenuhannya diprioritaskan bersumber dari dalam negeri. Namun, pemerintah juga menugaskan Perum Bulog mengimpor beras sebanyak 2 juta ton tahun ini.
Menurut Arief, sumber impor itu berasal dari berbagai negara, namun tidak dari India.
Dia mengatakan, justru pemerintah India yang menawarkan agar perdagangan kedua negara diseimbangkan (trade balancing)
"Trade balance India itu dengan Indonesia kalahnya besar. Sehingga teman-teman dari India ini mengharapkan kita itu importasinya salah satunya dari India," kata Arief, dikutip Kamis (3/8/2023).
"Jadi memang mereka sendiri yang meminta pemerintah Indonesia untuk menyeimbangkan atau trade balance karena ekspor CPO kita jauh lebih besar," ujarnya.
Di sisi lain, dia mengatakan, stok beras Indonesia sampai saat ini aman dan mencukupi.
"Kita akan pastikan bahwa Indonesia memiliki stok yang cukup. Hitungannya carry over dari 2022 ke 2023 itu ada sekitar 4 juta ton, kemudian dari amatan KSA (Kerangka Sampel Area) kita punya produksi lebih dari 2,8 juta ton amatan bulan Mei, jadi kita optimis beras aman," kata Arief.
Secara terpisah, Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengatakan hal senada. Dia mengatakan, langkah India itu tak akan mengganggu Indonesia. Sebab, kata dia, Indonesia tak hanya mengimpor beras dari India.
"Larangan ekspor India nggak banyak pengaruh, kita impor sedikit sih. Kita impor juga dari Vietnam, Pakistan, Thailand, Burma (Myanmar)," kata Ketut kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (3/8/2023).
"Dan, teman-teman Perum Bulog juga sedang berkomunikasi dengan Kamboja," tambahnya.
Dia pun menegaskan, stok beras Indonesia akan aman bahkan sampai lewat akhir tahun nanti.
Menurut Ketut, Indonesia akan memiliki stok beras sebanyak 7.681.209 ton di akhir tahun 2023. Angka itu mengacu pada prognosa neraca pangan per 30 Juli 2023.
Dia menjabarkan, produksi beras nasional tahun 2023 diprediksi mencapai 31,55 juta ton. Di mana, berdasarkan Sistem Nasional Neraca Komoditas, stok beras awal tahun 2023 diasumsikan sebanyak 4,06 juta ton. Data ini berdasarkan hasil survei stok beras oleh BPS dan Bapanas.
Sementara itu, realisasi impor beras Januari-Juni 2023 tercatat sebanyak 1,01 juta ton, dan direncanakan masuk lagi sebanyak 1,88 juta ton pada periode Juli-Desember 2023. Dengan asumsi tidak ada rencana ekspor beras tahun ini, prognosa total ketersediaan beras nasional tahun 2023 adalah 38,52 juta ton.
Kebutuhan beras setahun ini diprediksi sebanyak 30,84 juta ton atau 2,57 juta ton per bulan. Sehingga, akan ada stok akhir di akhir Desember 2023 sebanyak 7,68 juta ton.
"Maka prognosa kita, akan ada carry over beras ke stok tahun 2024 sebanyak 7,68 juta ton. Ini setara ketersediaan untuk 93 hari," jelas Ketut.
"Jadi, begitu melewati tahun 2023, kita masih punya stok untuk 3 bulanan. Stok beras tahun ini dan sampai melewati akhir tahun ini akan aman. Itu dengan asumsi kita nggak melakukan apa-apa. Tapi kan nanti ada panen di Januari, ada di Februari," ujarnya.
Seperti diketahui, pada 20 Juli 2023 lalu, India mengumumkan larangan ekspor beras non-basmati untuk menekan laju kenaikan harga beras di negara itu. Di mana, IFPRI mencatat, sejak Oktober 2022 harga beras di India sudah melonjak hingga 30%.
IFPRI mencatat, India memasok 40% beras ke pasar global di tahun 2022/2023. Karena itu, setiap aksi India diakui akan memicu efek domino.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: India Larang Ekspor Beras, Stok Beras RI Dalam Bahaya?
