Efek Domino Hilirisasi Sawit, Dari Industri Hingga Energi

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
03 August 2023 11:44
Sekretaris Jenderal Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Rizal Affandi Lukman
Foto: Sekretaris Jenderal Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Rizal Affandi Lukman (Dok CPOPC)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Rizal Affandi Lukman mengungkapkan kesadaran akan energi baru terbarukan (EBT) berdampak pada perkembangan ekonomi hijau. Berbagai negara mulai menunjukkan tren transisi energi untuk mengurangi emisi karbon dan menuju Net Zero Emission (NZE), termasuk Indonesia.

Pemerintah pun memiliki target ambisius untuk mencapai NZE pada 2060 atau lebih cepat. Berbagai upaya pun dilakukan, termasuk melakukan transisi energi dari berbasis fosil ke energi yang lebih ramah lingkungan. Salah satu sumber energi yang digunakan yakni minyak nabati atau biofuel dari minyak sawit.

"Kontribusi ekonomi biofuel berbasis minyak sawit adalah nyata, setidaknya hal ini terjadi di Indonesia dan Malaysia yang tentu saja berkontribusi juga pada dunia. Apalagi biofuel berbasis sawit juga dapat menciptakan peluang ekonomi baru dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal" kata Rizal dalam "ASEAN Chairmanship Energy Sector Event" dengan tema "Driving ASEAN's Sustainable Future: Exploring the Collaborative Role of Biofuels in Energy Development" di Jakarta, Rabu (2/8/2023).

Minyak kelapa sawit dapat berfungsi sebagai bahan baku biofuel yang dicampurkan ke bahan bakar fosil. Indonesia dan Malaysia menjadi salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia dan terus mengupayakan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, kedua negara ini pun memiliki program pencampuran biodiesel berbasis sawit yang semakin meningkat penggunaannya.

Biofuel menjadi salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil konvensional yang lebih bersih dan lebih hijau. Harapannya, penggunaan bahan bakar nabati ini berkontribusi besar pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara yang signifikan. Rizal mengatakan pengembang biofuel secara aktif berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim dan meningkatkan kualitas udara, membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

"Pengembangan biofuel menciptakan peluang baru bagi petani dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat pedesaan serta mempercepat pengentasan kemiskinan. Dari sudut pandang ekonomi, pengembangan sektor biofuel dan rantai pasok terkait memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan menciptakan banyak kesempatan kerja. Investasi dalam infrastruktur produksi biofuel, penelitian dan pengembangan, dan manufaktur membuka jalan bagi industri yang berkembang," tegas Rizal.

Untuk diketahui, dengan program biofuel di Malaysia, nilai ekonomi yang didapat mencapai lebih dari US$ 8 juta dan mengurangi 27 juta ton CO2, serta membuka lapangan kerja hingga 1,3 juta di seluruh Malaysia. Sementara di Indonesia, program biofuel ini diharapkan bisa menghemat devisa negara hingga US$ 10 miliar dan mengurangi emisi gas kaca hingga 34 juta ton CO2.

Rizal menegaskan CPOPC akan terus berusaha secara maksimal dalam upaya meningkatkan produktivitas industri sawit yang dampaknya akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani kecil. Langkah ini dilakukan agar pelaku dapat menerapkan semangat sekaligus prinsip keberlanjutan dalam industri minyak sawit.

 


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI & Malaysia Sepakat Bentuk Satgas Terkait Implementasi EUDR

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular