Internasional

NATO Ketar-Ketir, Wagner Beri Ancaman Baru Perang

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 26/07/2023 15:02 WIB
Foto: (REUTERS/STRINGER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan pasca perang Rusia-Ukraina terus meluas. Hal ini terjadi setelah tentara bayaran pro Moskow, Wagner, yang sempat memberontak mulai pindah ke Belarusia.

Bahkan, mereka dilaporkan telah memulai latihan bersama dengan militer negeri sekutu dekat Presiden Vladimir Putin itu. Lokasinya pun di dekat perbatasan negara NATO.


Kementerian Pertahanan Belarusia juga mengumumkan latihan militer tersebut. "Selama seminggu akan berlangsung di lapangan tembak dekat kota perbatasan Brest," kata kementerian dimuat SkyNews, Rabu (26/7/2023).

Dalam video yang dirilis baru-baru ini, pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin juga memberi tahu pasukannya bahwa mereka akan menghabiskan waktu di Belarusia untuk melatih militernya. Ia bahkan bertujuan menjadikan tentara Belarus menjadi salah satu tentara terkuat di muka bumi.

Sementara itu, beberapa negara NATO dilaporkan mulai melakukan beberapa penguatann pertahanan. Pasalnya, dua anggota aliansi yang berseteru dengan Rusia itu berbatasan langsung dengan wilayah Minsk, Polandia dan Lithuania.

Warsawa telah menandatangani kontrak untuk membeli dua pesawat peringatan dini lintas udara dari Swedia, Saab 340 AEW-300, seharga sekitar 600 juta krona swedia (Rp 868 miliar). Ini sebagai aplikasi dari komitmen negara itu untuk menghabiskan sekitar 4% dari produk domestik bruto untuk pertahanan tahun ini

"Berkat ini, sayap timur NATO akan diperkuat dan wilayah udara Polandia akan menjadi lebih aman," kata Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Blaszczak, dikutip laman yang sama.

Ancaman Kiamat Pangan?

Sementara itu, Rusia kembali mengancam dunia dengan kelangkaan pangan. Ini terjadi setelah Negeri Beruang Putih menarik kembali pihaknya dari Black Sea Grain Initiative (Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam), yang memungkinkan ekspor pangan Ukraina dan Rusia dari jalur di sekitar perairan itu.

Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev, menegaskan negaranya akan terus menolak untuk menyetujui inisiatif itu hingga apa yang disebutnya sebagai "hambatan tidak sah" Barat terhadap bisnis Rusia disingkirkan.

Sebelum pasukan Rusia menyerbu perbatasan Ukraina pada akhir Februari 2022, Ukraina dan Rusia diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia. Kedua negara yang saling bertempur itu memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.

Peperangan keduanya pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia. Ini utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan kedua negara.

Sejak ditandatangani pada Juli tahun lalu, PBB mengatakan Inisiatif Butir Laut Hitam telah memungkinkan lebih dari 32 juta metrik ton komoditas pangan diekspor dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina yakni Odessa, Chornomorsk, dan Pivdennyi, ke 45 negara di seluruh dunia. Kesepakatan kemudian terus diperpanjang beberapa kali.

Namun kali ini, Rusia menolak untuk memperpanjang kembali kesepakatan biji-bijian pada Senin lalu. Moskow beralasan bahwa unsur-unsur perjanjian dalam kesepakatan yang memungkinkan ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dihormati.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa keluarnya Rusia dari kesepakatan yang memungkinkan ekspor Ukraina melalui Laut Hitam itu dapat mendorong harga biji-bijian global naik 10-15%.

"Kami masih menilai di mana kami akan mendarat, tetapi Anda akan berpikir bahwa kenaikan harga biji-bijian antara 10 hingga 15% adalah perkiraan yang masuk akal," kata Kepala ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Tuding Latihan Militer NATO Jadi Persiapan Serang Rusia