Tak Terduga! Rusia-Ukraina Panas, Pengusaha Terigu RI Santai
Jakarta, CNBC Indonesia - Analisis Tradingeconomics memprediksi harga gandum akan bergerak naik di kisaran US$7,3 per bushel. Salah satu penyebabnya diduga akibat kondisi cuaca yang berpotensi mengganggu pasokan.
Selain itu, keputusan Presiden Vladimir Putin tidak memperpanjang Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam (Black Sea Grain Initiatives), ditambah serangan Rusia yang membombardir terminal gandum di Odesa, Ukraina juga dinilai turut andil atas pergerakan harga gandum saat ini.
Harga gandum internasional terpantau berfluktuasi cenderung naik sejak 17 Juli 2023 dan hari ini, Selasa (25/7/2023) bergerak di US$7,42 per bushel (gantang, 1 bushel gandum = 27,2 kg). Demikian data mengutip Tradingeconomics pukul 16.14 WIB.
Seperti diketahui, Black Sea Grain Initiatives adalah kesepakatan yang diinisiasi Turki dan PBB pascaserangan Rusia ke negara itu pada 24 Februari 2022. Kesepakatan ini memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian melintasi Laut Hitam dengan aman.
Di mana, sebelumnya akibat serangan awal Rusia di Ukraina, pengiriman jagung, gandum, jelai serta minyak bunga matahari Ukraina, diblokade pasukan Rusia dan membuat harga pangan dunia mencetak rekor tertinggi sepanjang massa di Maret 2022.
Perjanjian ini pertama kali diberlakukan pada 27 Juli 2022 dan diperbarui secara bertahap. Namun, pada 17 Juli 2023 lalu, Putin memutuskan tak lagi memperpanjang kesepakatan itu. Dan, memperingatkan, mulai Kamis (20/7/2023) setiap kapal yang berlayar di pelabuhan Laut Hitam Ukraina akan dianggap berpotensi membawa kargo militer.
Lalu apakah akan berdampak ke Indonesia?
Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) Ratna Sari Loppies mengatakan, Indonesia tak bergantung pada gandum Laut Hitam. Dan, menurutnya, sampai saat ini ketegangan di Rusia dan Ukraina yang kembali memanas tak berdampak ke Indonesia.
"Kayanya sih pada tenang-tenang saja. Harga terigu juga belum terlihat naik kan. Pasokan gandum aman," kata Ratna kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/7/2023).
"Kita tidak tergantung gandum black sea (Laut Hitam). Kita tidak tergantung gandum Ukraina. Kita lebih banyak dari Australia dan lainnya. Cari kapal dan asuransinya susah," jelas Ratna,
APTINDO mencatat, sepanjang tahun 2022, Indonesia mengimpor gandum paling banyak dari Australia, mencapai 4,24 juta ton. Disusul Argentina yang memasok 1,46 juta ton, lalu Kanada dengan 1,32 juta ton. Lalu, impor dari India di posisi keempat dengan memasok 963.137 ton, dan Brasil sebanyak 641.633 ton.
Secara total, impor gandum Indonesia tahun 2022 tercatat mencapai 9,45 juta ton, menyusut dibandingkan tahun 2021 yang mencapai 11,48 juta ton.
Ukraina tak masuk dalam 5 besar negara sumber impor gandum Indonesia pada tahun 2022. Di mana impor dari negara ini tercatat hanya 166.758 ton, anjlok dalam dibandingkan tahun 2021 yang tercatat mencapai 3,074 juta ton.
Sepanjang Januari-Mei 2023, impor gandum Indonesia tercatat sebanyak 4,174 juta ton, turun dari periode sama tahun 2022 yang tercatat sebanyak 4,35 juta ton. Pemasok terbesar adalah Australia, sebanyak 1,67 juta ton, disusul Kanada dengan 1,07 juta ton, dan Brasil sebanyak 828.090,1 ton.
Impor gandum dari Ukraina tercatat sebanyak 194.763,4 ton, melonjak dibandingkan 5.422,7 ton pada Januari-Mei 2022 atau pascaserangan Rusia ke Ukraina.
Seperti diketahui, gandum adalah bahan baku utama tepung terigu. Di mana, Indonesia bergantung sepenuhnya pada pasokan gandum impor. Yang digunakan untuk memproduksi tepung terigu, bahan baku pangan. Selain itu, Indonesia juga mengimpor gandum untuk grade pakan ternak.
APTINDO mencatat, konsumsi tepung terigu nasional tahun 2021 mencapai 6,96 juta ton, lalu turun jadi 6,66 juta ton pada tahun 2022.
Saat ini, harga tepung terigu di Indonesia cenderung stabil pascamelonjak akibat pecahnya perang Rusia-Ukraina. Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga tepung terigu curah hari ini, Selasa (25/7/2023) turun Rp80 ke Rp11.020 per kg. Sedangkan harga tepung terigu kemasan naik Rp40 ke Rp13.680 per kg.
(dce/dce)