Internasional

Putin Balas Dendam! Rusia Hujani Ukraina dengan Drone & Rudal

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 18/07/2023 13:40 WIB
Foto: Asap mengepul di atas pabrik Azovstal Iron and Steel Works selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Senin (2/5/2022). (REUTERS/Alexander Ermochenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia telah meluncurkan serangan udara ke sasaran di Ukraina Selatan dan Timur menggunakan drone dan kemungkinan rudal balistik. Hal ini terjadi sesaat setelah adanya ledakan di Jembatan Kerch atau Jembatan Krimea yang menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Krimea.

Mengutip keterangan Angkatan Udara Ukraina yang diwartakan Al Jazeera, saat ini Pelabuhan Odessa dan wilayah Mykolaiv, Donetsk, Kherson, Zaporizhia, serta Dnipropetrovsk berada di bawah ancaman serangan pesawat tak berawak Rusia.

Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan drone Shahed buatan Iran menyerang target di wilayah Mykolaiv. Serangan itu menimbulkan kebakaran.


"Ini cukup serius. Detail lebih lanjut tentang kebakaran akan dirilis pagi hari nanti," ujar Wali Kota Mykolaiv Oleksandr Senkevich di aplikasi perpesanan Telegram, Selasa (18/7/2023).

Kepala administrasi militer wilayah Odessa, Oleh Kiper, mengatakan sistem pertahanan udara di sana terlibat dalam menangkis beberapa gelombang serangan pesawat tak berawak Rusia.

"Beberapa gelombang serangan mungkin terjadi," kata Kiper di Telegram.

Serangan ini sendiri terjadi setelah muncul laporan tentang beberapa ledakan yang menargetkan Jembatan Kerch sekitar pukul 3 pagi pada hari Senin. Video yang diambil dari jalur kereta api yang berdekatan menunjukkan ledakan telah memotong bagian jembatan jalan dekat pilar 145, sehingga tidak mungkin pengemudi melintasi bagian itu.

Laporan awal menunjukkan serangan itu dilakukan melalui beberapa kendaraan amfibi tak berawak yang membawa bahan peledak, atau drone laut, yang diarahkan ke jembatan dan kemudian diledakkan dari bawah jalan raya. Rusia menyalahkan serangan ini kepada Ukraina.

Jembatan Kerch, juga dikenal sebagai Jembatan Krimea, dibangun oleh Rusia setelah Moskow mencaplok semenanjung Krimea secara de-facto dari Ukraina pada tahun 2014. Konstruksi diumumkan pada tahun 2014 dan selesai pada tahun 2018.

Jembatan ini memiliki makna simbolis yang besar bagi Kremlin. Di tahun 2018 Presiden Rusia Vladimir Putin merayakan pembukaan jembatan dengan mengendarai truk Kamaz dari Kerch ke Krimea dan memberitahu para pekerja bahwa mereka telah melakukan "keajaiban".

Ini adalah kedua kalinya jembatan itu terkena ledakan sejak invasi besar-besaran Rusia. Pada bulan Oktober, sebuah bom truk meledak di jembatan tersebut, menyebabkan beberapa ruas jalan runtuh ke dalam air.

Atas serangan ini, Putin mengancam akan terjadinya pembalasan militer atas serangan di jembatan itu. Ia bahkan menyebut Ukraina sebagai rezim penuh teror.

"Tentu saja, tanggapan Rusia akan mengikuti. Kementerian pertahanan sedang mengerjakan proposal yang relevan," kata Putin pada pertemuan kepemimpinan Rusia di Moskow pada Senin malam, seperti dilansir kantor berita negara TASS.

Sementara itu, rentetan serbuan Rusia ke Ukraina juga terjadi setelah Rusia menolak untuk memperpanjang kesepakatan yang memungkinkan ekspor aman biji-bijian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam. Diketahui, Odessa merupakan salah satu gerbang ekspor hasil pangan Ukraina ke seluruh dunia.

Rusia menolak untuk memperpanjang kesepakatan biji-bijian pada hari Senin. Moskow beralasan bahwa unsur-unsur perjanjian dalam kesepakatan yang memungkinkan ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dihormati.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Zelensky Ngamuk, Mesin Perang Putin Dibombardir