Belajar dari Singapura, Begini Kondisi Keuangan Pekerja Lepas

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
15 July 2023 06:32
A Singapore's Air Force Chinook helicopter escorted by Apache helicopters parade with the flag of Singapore to mark the country's 57th National Day, in Singapore on August 9, 2022. (Photo by Roslan RAHMAN / AFP)
Foto: AFP/ROSLAN RAHMAN

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah rencana pemerintah untuk menciptakan unsur baru Aparatur Sipil Negara atau ASN, yakni PPPK Paruh Waktu atau Part Time, ada fakta menarik tentang kondisi keuangan tenaga kerja model itu di negara tetangga.

Fakta itu merupakan hasil kajian bank multinasional asal Singapura, DBS, pada Mei 2023 lalu terhadap data 1,2 juta nasabahnya. Kajian itu menunjukkan, pekerja lepas atau gig workers yang memiliki pola bekerja secara temporer atau paruh waktu merupakan pekerja dengan keuangan yang paling rentan dan tak sehat.

Namun, gig workers di Singapura umumnya adalah wiraswasta, termasuk para pekerja lepas di sektor digital seperti mitra Grab, Gojek, serta Foodpanda. Mereka tidak menerima kontribusi dari pemberi kerjanya dalam iuran ke Central Provident Fund, lembaga yang mengelola tabungan pekerja secara nasional.

Kajian DBS itu mencatat, rasio pengeluaran terhadap pendapatan gig worker mencapai 112% pada Mei 2023, jauh lebih tinggi dari median nasabah DBS sebesar 57%. Sedangkan tabungan mereka hanya mampu menutupi pengeluaran selama 1,7 bulan, lebih rendah dari catatan Mei 2022 sebesar 1,7 bulan.

Kekuatan tabungan itu lebih rendah dari kisaran yang direkomendasikan perbankan yaitu tiga hingga enam bulan. Bahkan, tabungan mereka itu semakin terencam menyusut di tengah tren kenaikan inflasi dan tingginya suku bunga acuan bank sentral.

"Beberapa segmen masyarakat berpotensi dalam situasi terhantam pukulan ganda, di satu sisi inflasi terus melemahkan daya beli dan mengikis tabungan mereka, sementara suku bunga yang tinggi berdampak buruk pada neraca mereka," kata Irvin Seah, ekonom senior Bank DBS, seperti dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (15/7/2023).

Di tengah tren berkembangnya gig workers itu, kelompok berpenghasilan rendah dan baby boomer (berusia 59 hingga 77 tahun) di Singapura juga mengalami pertumbuhan pengeluaran melebihi pertumbuhan pendapatan.

Bank DBS mencatat, nasabah berpenghasilan rendah di Singapura atau sebesar S$2.499 ke bawah per bulan pengeluarannya tumbuh 1,2 kali lebih cepat daripada pendapatan mereka. Porsi pengeluarannya mencapai 93% dari pendapatan bersih atau take home pay nya.

Sementera itu, pengeluaran kelompok baby boomer 86% dari pendapatan, itu lebih tinggi dari 64% untuk Gen X (43 hingga 58 tahun), 47% untuk milenial (27 hingga 42 tahun) dan 38% untuk Gen Z (26 tahun ke bawah).


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pantas Kelas Menengah Anjlok, Banyak Warga Terjebak Jadi Driver Ojol

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular