Yuan Mau Gantikan Dolar AS, Chatib Basri: China Siap Defisit?

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Rabu, 12/07/2023 09:05 WIB
Foto: REUTERS/DADO RUVIC

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior M.Chatib Basri mengungkapkan bahwa eksistensi dolar Amerika Serikat mudah tergantikan sebagai mata uang dominan yang menjadi cadangan devisa global. Bahkan, mata uang ini tak akan mudah digeser oleh renminbi China.

Menurut Chatib, China belum mau membuka sepenuhnya pemanfaatan mata uang utamanya, yakni renminbi secara global. Hal ini tercermin dari kebijakan kontrol devisa ketat yang mereka terus gunakan.

"Artinya China kalau dia mau jadi reserve currency dia harus bersedia defisit, pertanyaannya dia mauk gak defisit? Dari situ saya mau katakan less likely dedolarisasi tidak akan terjadi dalam waktu pendek, apakah akan terjadi? butuh waktu panjang," tegas Chatib Basri.


Namun, Chatib mengakui dengan terus menggemanya istilah dedolarisasi saat ini, bisa saja perkembangan local currency transaction makin kuat, setelah terus digaungkan negara-negara lain, seperti Indonesia dengan ASEAN, serta antar negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).

"Share dari porsi negara-negara yang dagang antar itu makin besar, jadi peran China makin luas, porsi perdagangannya makin luas, akhirnya bisa (LCT berkembang)," kata Chatib Basri.

Mantan menteri keuangan era Presiden SBY ini tetap mengingatkan, bila nantinya dedolarisasi terjadi, dan China mampu menjadikan mata uang renminbi nya sebagai mata uang global, bisa memicu fragmentasi yang kuat di dunia keuangan. Dampaknya, negara-negara harus memiliki cadangan devisa dengan dua mata uang dominan yang berbeda.

"Itu bisa jadi dua arsitektur keuangan internasional, karena China kalau dia enggak bisa pakai dolar dia pasti pakai renminbi kan, jadi nanti negara-negara harus dagang dengan reminbi, juga dengan satu lagi ya harus dengan dolar AS," ungkap Chatib.

Isu dedolarisasi di kancah global makin panas. Istilah ini merupakan upaya penggantian dolar yang biasanya digunakan sebagai mata uang transaksi bilateral.

Salah satunya dilakukan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (Afsel)). Kisi-kisi bagaimana bentuk mata uang baru itu mulai terungkap.

Dikutip dari Russia Today (RT), mata uang BRICS ini akan didukung emas, berbeda dengan Greenback yang didukung kredit. Pengumuman resmi diharapkan akan dibuat selama KTT BRICS pada bulan Agustus di Afsel.

"Uang baru, dunia baru," tulis media itu dikutip Selasa, (11/7/2023).

"Standar emas akan menjadi keuntungan besar dalam menetapkan mata uang baru," tambahnya.

Sayangnya, nama mata yang itu belum disebutkan. Namun, pembelian emas besar-besaran yang dilakukan China beberapa waktu terakhir disebut terkait mata uang baru itu.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: China Optimis Pertahankan Stabilitas RMB