BMKG-PBB Sudah Peringatkan Bahaya El Nino, Ini Kata Zulhas

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman kekeringan akibat fenomena El Nino menjadi perhatian Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Ia mengakui khawatir akibat fenomena ini yang mungkin muncul dalam waktu yang lama. Di mana, El Nino merupakan fenomena anomali kenaikan suhu yang bisa memicu panas dan kemarau ekstrem.
"Kita khawatir pangannya El-Nino itu yang kita khawatir, sejauh ini masih oke," katanya dalam Economic Update CNBC Indonesia, Selasa (11/7/2023).
Beberapa komoditas pun terpantau sudah mengalami kenaikan harga. Apalagi, kenaikannya cukup signifikan mencapai hampir 2x lipat.
"Misal ada beberapa komoditi yang harganya naik, ada gula di luar negeri naik dikit, bawang putih naik hampir 100%, India panas ada beberapa daerah tapi sejauh ini oke," kata Zulhas.
Demi mengantisipasi kekurangan stok dan kenaikan harga pada beberapa komoditas lain, ada peluang pemerintah melakukan impor, diantaranya untuk beras. Saat ini, pemerintah sudah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan pemerintah India jika sewaktu-waktu diperlukan.
"Kita persiapan termasuk beras tadi MoU. Kalau nggak perlu ya nggak impor," kata Zulhas.
Sebelumnya, PBB melalui Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) bahkan telah mengeluarkan laporan pemantauan terbaru mengenai peluang terjadinya El Nino pada tahun 2023. Tim peneliti dari WMO memprediksi El Nino yang bakal terjadi dalam kategori kuat sehingga dampaknya bisa lebih besar.
BMKG juga telah memperingatkan, tahun ini Indonesia akan mengalami El Nino, fenomena iklim yang memicu suhu panas dan kemarau lebih ekstrem. Berdasarkan hasil Monitoring ENSO Junni 2023, BMKG menyebut El Nino akan terjadi pada semester-II tahun 2023 dengan kategori lemah-moderat.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong mengatakan, salah satu efek El Nino adalah potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akan semakin tinggi. Selain itu, akan terjadi defisit air dan memicu kekeringan ekstrem, yang bisa berdampak pada produksi pangan di dalam negeri.
"Makanya antisipasi harusnya bendungan-bendungan kita yang besar pada musim hujan banyak itu harusnya optimal menampung air. Embung-embung optimal menampung air. Sehingga, pada saat defisit curah hujan seperti sekarang, misalnya ada El Nino, kita masih punya cadangan air," kata Alue Dohong dalam Economic Update CNBC Indonesia, Senin (10/7/2023).
"Supaya air tetap ada, tidak terjadi defisit air yang berlebihan, sehingga produktivitas bisa terjaga. Dengan mengoptimalkan semua kolam-kolam retensi air saat musim hujan, bendungan, embung, harusnya tahan air di situ," katanya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gegara Vietnam, Mendag Zulhas Rayu Korsel Jor-joran di RI
