Economic Update 2023

Pemerintah Was-was Lihat Ekonomi AS, China & Eropa, Ada Apa?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
11 July 2023 12:35
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Economic Update di Program Power Lunch yang berlangsung pada Selasa, (11/7/2023). (CNBC Indonesia TV)
Foto: Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Economic Update di Program Power Lunch yang berlangsung pada Selasa, (11/7/2023). (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan, pihaknya terus mewaspadai situasi perekonomian global, terutama kepada negara-negara yang punya pengaruh besar di dunia yakni Amerika Serikat (AS), China, dan Uni Eropa.

Suahasil menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini diperkirakan akan melambat, seperti yang sudah diproyeksikan banyak lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.

Kendati demikian, pemerintah juga kewaspadaan yang sangat tinggi terhadap tiga negara yang berpengaruh di dunia yakni AS, China, dan Eropa.

"AS tumbuh (positif), tapi inflasi masih tinggi dan The Fed masih memikirkan untuk meningkatkan suku bunga. Eropa juga masih belum, bahkan negatif growth, dan Bank Sentral Eropa masih cukup hawkish menaikkan suku bunga," jelas Suahasil dalam acara Economic Update CNBC Indonesia, Selasa (11/7/2023).

Begitu juga dengan apa yang terjadi di Tiongkok atau China. Menurut Suahasil dinamika perekonomian di sana masih cukup tinggi.

"Tiongkok belum sepenuhnya recover. Kalau kita lihat seperti ini, maka dinamika globalnya masih akan sangat tinggi," kata Suahasil lagi.

Apa yang terjadi di AS, China dan Eropa itu, yang kemudian, kata Suahasil harus diwaspadai, karena dampaknya akan sangat berpengaruh ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Mengingat AS, China, dan Eropa merupakan negara mitra dagang utama Indonesia dalam perdagangan internasional.

"Ini conscious (kesadaran) yang mesti kita persiapkan. Kita juga melihat suku bunga di belahan bumi itu meningkat. Seperti apa akan menarik modal itu bergerak," jelas Suahasil.

Seperti diketahui, IMF memperkirakan perekonomian global akan melambat dari 6% pada 2021 menjadi 3,2% pada 2022, dan akan melemah ke 2,7% pada 2023. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2023 tersebut menjadi profil pertumbuhan terlemah sejak 2001, kecuali saat krisis keuangan global dan fase akut pandemi Covid-19.

AS memiliki potensi besar untuk mengalami resesi ekonomi, seperti yang sudah terjadi di Eropa. Tingkat tenaga kerja yang masih kuat, menjadi salah satu alasan negara adidaya ini akan tertatih-tatih dalam membangkitkan ekonomi.

Di sisi lain, Eropa yang sudah terjebak dalam jurang resesi, sampai saat ini masih terus dibayangi oleh 'momok seram' berupa inflasi. China yang juga menjadi pemain utama dalam memasok kebutuhan barang modal dan baku di hampir banyak negara di dunia, juga masih belum bisa pulih sepenuhnya.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Soal Dunia Kini, Sri Mulyani: Tidak Menakuti Tapi Hati-hati!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular