RI Banjir Keramik Impor, Produsen China Bocorkan Rahasianya

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Jumat, 07/07/2023 18:00 WIB
Foto: Keramik Impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Polemik banjir impor keramik China membuat industri dalam negeri gerah dan menuding impor tersebut mengancam pabrikan dalam negeri. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) pun menuding para pabrikan itu mendapat insentif dari pemerintah China sebesar 14% untuk produsen keramik yang ekspor.

Produsen keramik asal China pun angkat suara dan membantah insentif tersebut. Sebaliknya justru mengharapkan jika aturan tersebut benar-benar diterapkan oleh pemerintah China.

"Selama ini kebijakan pemberian insentif 14% dari pemerintah China tidak pernah ada, justru kami dibebankan pajak PPH, dan PPN karena adanya beberapa kenaikan bahan baku seperti gas dan minyak," papar Marketing Director PT Foshan Deer Marble Tile Co, Ltd dengan merek dagang Deer Tile, Huang Zhong, Jumat (7/7/2023).


Namun pemerintah China memberikan insentif kepada perusahaan untuk mengajukan retritusi atau pengembalian kembali pajak di setiap tahunnnya. Di setiap akhir tahun, perusahaan tersebut boleh mengkalkulasi atau menghitung pajak masukan dan keluaran, jika ada kelebihan pajak maka boleh mengajukan retritusi maksimalnya 13% bukan 14%.

"Jadi, kalau insentif 14% untuk ekspor itu berarti tanggapannya setiap perusahaan di China yang melakukan ekspor kemanapun maka pemerintah China akan memberikan subsidi sebesar 14%, itu tidak benar. Yang ada hanya retritusi dan itu pun di negara manapun ada termasuk Indonesia," papar Huang Zhong.

Artinya, export rebate yang dimaksud oleh salah satu Asosiasi Keramik di Indonesia adalah secara prinsip selisih antara pajak masukan dan keluaran. Pemerintah China menerapkan ceiling misalnya 14%. Artinya selisih yang dapat ditagih/dibayarkan dari kelebihan pembayaran PPH masukan tidak melebihi 14%.

Foto: Keramik Impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Keramik Impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Adapun, hak untuk menagih selisih tersebut dikarenakan tidak dipungutnya PPN ekspor, sementara pembelian bahan baku dari domestik market Tiongkok dikenakan PPH. Ia pun mengakui bahwa produk yang dijualnya justru lebih mahal dari produk lokal.

"Produk kami (Deer Tile) itu bukan ancaman bagi produk dalam negeri. Pasalnya, harga kami jauh lebih tinggi 70% dari produk dalam negeri Indonesia," ucap Huang Zhong.

Demi menekan biaya, pabrikan China ini bakal membangun pabriknya di Indonesia. Hingga kini ekspansi sudah dilakukan dengan membangun pabrik di beberapa negara di Luar negeri antara lain, Vietnam, Malaysia dan Arab Saudi

"Sasaran berikutnya setelah mendapatkan sertifikat SNI, kami (Deer Tile) juga akan menjajaki untuk mengembangkan pabrik di Indonesia, sekaligus membaurkan diri Deer Tile China masuk menjadi produsen porcelian tile Indonesia," sebut Huang Zhong.

Adapun saat ini pemerintah Indonesia telah menetapkan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau safeguard pada produk keramik. Pemberlakuan safeguard sebelumnya diatur selama tiga tahun mulai 2018 hingga Oktober 2021 melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.119/2018 tentang pengenaan BMTP terhadap impor produk ubin keramik.

Pemerintah kembali memperpanjang pemberlakuan safeguard hingga Oktober 2024 selama dua periode. Besaran safeguard pun terus mengalami penurunan di setiap tahunnya. Sedangkan angka impor produk keramik terus meroket.

Belum lama ini, Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) telah memulai penyelidikan antidumping atas impor produk ubin keramik dari China beberapa waktu lalu. Penyelidikan ini merupakan tindak lanjut dari permohonan Asaki.

Penyelidikan tersebut dilakukan terhadap ubin keramik yang termasuk dalam pos tarif 6907.21.24, 6907.21.91, 6907.21.92, 6907.21.93, 6907.21.94, 6907.22.91, 6907.22.92, 6907.22.93, 6907.22.94, 6907.40.91, dan 6907.40.92 sesuai Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2022.


(fys/wur)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Tarif, Industri Pelayaran Nasional Hadapi Dampak Ganda