Internasional

Kisi-Kisi Baru Yellen di China, Bahas Perang Dagang Jilid 2?

sef, CNBC Indonesia
07 July 2023 11:01
Janet Yellen. (Anna Moneymaker/Getty Images)
Foto: Janet Yellen. (Anna Moneymaker/Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kini berada di Beijing, China. Ia dijadwalkan memulai pertemuan sehari penuh dengan sejumlah tokoh di pemerintahan Presiden Xi Jinping, termasuk Perdana Menteri Li Qiang, Jumat (7/7/2023) ini.

Ia menjadi wakil Presiden AS Joe Biden media yang datang langsung ke Tirai Bambu. Sebelumnya Juni lalu, hal serupa dilakukan Menteri Luar Negeri Antony Blinken

Perjalanan Yellen pun cukup lama. Ia akan menghabiskan waktu hingga empat hari.

Dalam pernyataan terbaru, Beijing telah memberikan nada optimis tentang kunjungan itu. Di mana Kementerian Keuangan China mengatakan berguna untuk "memperkuat komunikasi dan pertukaran antara kedua negara".

"Sifat hubungan ekonomi dan perdagangan China-AS saling menguntungkan dan saling menguntungkan," kata seorang pejabat dalam sebuah pernyataan dikutip AFP.

"Dan tidak ada pemenang dalam perang dagang atau pemisahan dan pemutusan rantai (perdagangan)," tambahnya.

Dalam cuitannya di Twitter, setiba di China Kamis, Yellen mengatakan bahwa AS memang akan melindungi keamanan nasionalnya. Tetapi, perjalanan ini memberikan kesempatan yang diperlukan untuk berkomunikasi dan menghindari miskomunikasi atau kesalahpahaman.

"AS tidak mengharapkan terobosan kebijakan khusus selama beberapa hari ke depan. Tetapi mengharapkan percakapan yang jujur dan produktif yang dapat membuka jalan bagi pembicaraan di masa depan," kata seorang pejabat Departemen Keuangan AS.

"Jika ada hal-hal yang mungkin tidak kita setujui, lebih baik kita membicarakannya," tambahnya.

"Yellen dijadwalkan bertemu dengan PM Li Qiang di Aula Besar Rakyat, di mana dia akan memiliki kesempatan untuk membahas hubungan ekonomi, menyampaikan keprihatinan dan mencari peluang untuk kolaborasi," tambah pejabat itu.

Selain Li Qiang, Yellen juga akan bertemu mantan wakil PM Liu He. Di mana keduanya juga akan bertukar pandangan tentang status ekonomi AS dan China, serta prospek internasional.

Yellen pun direncanakan bertemu Kamar Dagang Amerika. Ia juga akan melihat perwakilan perusahaan Amerika di China.

Analis menilai, sesi itu akan memungkinkan Yellen untuk mendengar tentang tantangan yang dihadapi perusahaan AS saat melakukan bisnis di China. Ini untuk melihat sejauh mana persaingan ekonomi yang sehat" diaplikasikan di negeri itu.

AS dan China kerap berselisih dalam banyak hal. Terbaru, konflik keduanya terkait ekspor semikonduktor dengang dalih menjaga keamanan nasional negara.

Perang Dagang Jilid 2?

Sebelumnya, AS melakukan kampanye untuk membatasi akses ekspor teknologi semikonduktor ke China. Ini semakin gencar dilakukan sejak akhir 2022 dan mengajak sekutunya, Baratnya.

Belanda akhirnya melakukan hal yang sama. Belanda adalah rumah bagi ASML, salah satu produsen mesin terkemuka dunia yang bisa membuat semikonduktor.

ASML memproduksi mesin litografi ultraviolet. Salah satu komponen paling penting dalam setiap perangkat teknologi mulai dari komputer, laptop, gawai, hingga smart watch adalah microchip, yang proses penting dalam penciptaannya adalah mesin litografi ini.

"Mengingat perkembangan teknologi dan konteks geopolitik, pemerintah telah sampai pada kesimpulan bahwa kerangka kontrol ekspor yang ada untuk peralatan khusus yang digunakan untuk pembuatan semikonduktor perlu diperluas," kata Menteri Perdagangan Belanda, Liesje Schreinemacher dalam sebuah surat kepada parlemen dikutip CNBC International, Maret.

"Demi kepentingan keamanan nasional dan internasional," tegasnya.

Ini pun dibalas China pekan kemarin. Pekan lalu, Beijing mengumumkan kebijakan pembatasan ekspor gallium dan germanium mulai 1 Agustus.

Diketahui logam tersebut digunakan dalam chip komputer berkecepatan tinggi. Termasuk di sektor pertahanan dan energi terbarukan.

Galium ditemukan di jumlah kecil dalam bijih seng dan bauksit. Di mana menurut asosiasi Critical Raw Materials Alliance (CRMA), sekitar 80% diproduksi di China.

Germanium, mineral langka, merupakan produk sampingan dari produksi seng dan abu layang batu bara. CRMA juga menulis China memproduksi sekitar 60% germanium dunia.

Secara rinci, pembatasan akan berlaku ke delapan jenis galium, yakni galium antimonida, galium arsenida, galium logam, galium nitrida, galium oksida, galium fosfida, galium selenida, dan galium arsenida. Dikenakan pula pada enam produk germanium yakni germanium dioksida, substrat pertumbuhan epitaksi germanium, ingot germanium, logam germanium, germanium tetraklorida, dan seng germanium fosfida.

Sementara itu, The Wall Street Journal melaporkan bahwa pemerintah AS saat ini sedang mempertimbangkan untuk membatasi akses perusahaan China ke layanan komputasi yang disediakan oleh perusahaan seperti Amazon dan Microsoft. Analis juga memprediksi hal ini akan jadi topik bahasan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Potret Yellen Blak-blakan Protes ke China Soal Aturan Ekspor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular