
Civil War Prancis Pecah Karena Nahel Mezouk, ke Mana Macron?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi Prancis saat ini mencekam. Kekacauan yang menjurus ke perang saudara (civil war), antara warga dan polisi terjadi di kota-kota besar Negeri Eiffel itu.
Pada Jumat hingga Minggu, Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin mengatakan lebih dari ribuan orang ditahan. Sebanyak 1.300 di Jumat, 719 di Saut dan 49 Minggu.
Sebanyak 2.560 kebakaran dilaporkan terjadi di jalan umum. Rumah wali kota L'Haÿ-les-Roses, Vincent Jeanbrun, yang berada sekitar 15 kilometer selatan Paris juga manjadi sasaran massa.
Hal ini akibat tewasnya seorang remaja 17 tahun keturunan Aljazair, Nahel Mezouk di kota Nattere, Selasa pekan lalu. Ia ditembak polisi dari jarak dekat ketika menolak memberhentikan mobil yang dikendarainya.
![]() Nahel Merzouk (Twitter @Nahel M) |
Nahel diketahui tak memiliki kartu mengemudi. Namun kejadian ini menyebabkan kemarahan warga dan memunculkan isu rasisme di negara itu.
Gelombang kemarahan terjadi sejak Rabu. Hingga Minggu, total lima hari Prancis mengalami kerusuhan di sejumlah kota besar.
Namun di mana Presiden Prancis Emmanuel Macron?
Macron diketahui membatalkan lawatannya ke Jerman karena persoalan ini. Ia memutuskan bertemu menteri dan pejabat senior di Paris.
"Saya meminta para menteri untuk terus melakukan segalanya untuk memulihkan ketertiban dan menjamin kembalinya ketenangan," ujarnya dikutip BBC News, Senin (3/7/2023).
Macron mengatakan ia tetap teguh di samping pasukan keamanan yang berusaha memulihkan ketenangan di jalanan. Ia juga akan bertemu dengan para pemimpin parlemen pada hari Senin ini dan lebih dari 220 walikota dari kota-kota yang terkena dampak kerusuhan pada hari Selasa.
![]() A vehicle burns during clashes between protesters and police, following the death of Nahel, a 17-year-old teenager killed by a French police officer during a traffic stop, in Nanterre, Paris suburb, France, June 29, 2023. REUTERS/Gonzalo Fuentes |
Sebelumnya mantan Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan kerusuhan bukanlah persoalan imigrasi semata. Ia menyerukan model sosial dan republik negara itu yang perlu pendalaman.
"Satu-satunya prinsip yang valid adalah persatuan nasional," katanya.
"Persatuan nasional untuk mendukung keluarga muda Nahel, persatuan nasional untuk keadilan, dan dukungan untuk penegakan hukum dan otoritas publik," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye AS! Macron Sebut Prancis Tak Akan Jadi 'Bawahan' Amerika