Internasional

Peringatan 'Horor' Ekonomi China, RI Cs Bisa Kena Getahnya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 14/06/2023 13:32 WIB
Foto: Ilustrasi bendera China. (VCG via Getty Images/VCG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelemahan di sektor properti China dapat menjadi hambatan ekonomi selama bertahun-tahun bagi negara itu. Bahkan, dampaknya dapat juga dirasakan oleh negara-negara di kawasan yang lebih luas.

Morgan Stanley, dalam laporan prospek tengah tahunnya, memperingatkan bahwa pelemahan lebih lanjut di sektor properti kemungkinan akan membawa lebih banyak hambatan bagi pertumbuhan China. Diketahui, sektor tersebut memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Negeri Tirai Bambu.

"Jika tantangan di sektor properti makin dalam dan menimbulkan penghindaran risiko dalam sistem keuangan dan memengaruhi kepercayaan konsumen, ini akan menyebabkan perlambatan yang lebih dalam di China," tulis kepala ekonom Morgan Stanley, Chetan Ahya, dikutip CNBC International, Rabu (14/6/2023).


Data dari Mei menunjukkan sektor properti China masih berjuang untuk berbalik arah, meskipun ada tanda-tanda pemulihan awal tahun ini. Pengamat pasar memperkirakan Beijing kemungkinan akan mendukung sektor real estat melalui kebijakan stimulus fiskal untuk mendukung pemulihan pasca pandemi Covid-19.

Adapun, saham properti China yang terdaftar di Hong Kong melonjak pada Selasa setelah People's Bank of China memangkas suku bunga 10 basis poin dari 2% menjadi 1,9%. Ini adalah pemotongan pertama sejak Agustus.

Di hari yang sama, saham pengembang properti Logan Group melonjak sebanyak 4,5% dan Country Garden naik 4% di tengah harapan stimulus lebih lanjut dan pelonggaran kebijakan ke depan.

Namun, jika langkah-langkah pelonggaran moneter dan stimulus gagal untuk mendukung sektor properti lebih jauh, hal itu akan menimbulkan kekhawatiran efek limpahan di seluruh kawasan Asia-Pasifik.

"Risiko penurunan adalah jika sektor properti China tidak stabil bahkan dengan pelonggaran yang kami perkirakan," kata Morgan Stanley.

"Dalam skenario itu, kepercayaan dan kondisi keuangan akan semakin ketat di China, yang akan berdampak langsung pada pertumbuhan China tetapi juga akan berdampak negatif ke wilayah tersebut."

Ekonom Goldman Sachs mencatat sebenarnya ada secercah harapan bagi pemerintah China untuk memperkenalkan lebih banyak paket stimulus perumahan untuk mendukung sektor ini.

Menurut Reuters, pemerintah menginvestasikan sekitar US$ 144 miliar selama tujuh bulan pertama tahun 2018 dalam upaya untuk meningkatkan penjualan rumah dan harga di kota-kota kecil yang berjuang dengan rumah yang tidak terjual.

"Kami yakin prioritas kebijakan adalah untuk mengelola perlambatan multi-tahun daripada merekayasa siklus naik," kata para analis.

Tetapi menurut Kepala Strategi Pasar Asia JPMorgan, Tai Hui, ada tantangan lain yang muncul yakni perbedaan yang luas antara bisnis properti milik pemerintah dan perusahaan swasta di industri ini. Jika tantangan di sektor properti semakin dalam dan mempengaruhi kepercayaan konsumen, hal ini akan menyebabkan perlambatan yang lebih dalam di China.

"Saya pikir pemulihan akan lambat, tetapi saya pikir ada juga perbedaan besar antara pengembang milik negara yang telah melakukan lebih baik dalam rebound saat ini versus lebih banyak pengembang sektor swasta, yang masih berjuang," tambah Hui.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inflasi China Kembali Anjlok, Kekhawatiran Deflasi Makin Dalam