
Panas! Jawab Ngegas Prabowo Bahas Solusi Damai Rusia-Ukraina

Jakarta, CNBC Indonesia - Proposal perdamaian Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk Ukraina dan Rusia masih terus diperbincangkan. Di satu sisi Ukraina menolak tapi di sisi lain Rusia memberi lampu hijau.
Berdasarkan rekaman video acara yang beredar, sebenarnya proposal Prabowo juga dipertanyakan sejumlah tamu asing secara langsung dalam International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue 20th Asia Security Summit, yang berlangsung di Singapura itu. Setidaknya ada dua hingga tiga tamu asing yang meminta penjelasan ke Prabowo ketika ia berada di podium memberi presentasi.
"Tuan Prabowo dengan mengatakan kita tidak harus berpihak pada manapun dalam perang Ukraina, Anda pada dasarnya menggambarkan ekivalensi antara Rusia, penyerang, dan Ukraina yang diinvasi," kata seorang tamu acara Rym Mumtaz dalam acara akhir pekan tersebut, dikutip Kamis (8/6/2023).
"Apakah posisi non blok pada tahun 2023 justru mendorong agresor?," tanya wanita itu ke Prabowo seraya merujuk Rusia.
"Bagaimana ini bisa mendorong perdamaian yang berkelanjutan serta sesungguhnya, dengan semua yang kita dengar tentang pentingnya menegakkan aturan dan tata tertip di Indo-Pasific?," tambahnya.
Pertanyaan lain muncul dari seorang lelaki Jerman di acara yang sama. Ia mempertanyakan penyelesaian konflik Prabowo.
"Saya juga ingin mengacu pada proposal dari Menteri Prabowo untuk menyelesaikan konflik," tanya orang yang bernama Johann Wadedhul asal Jerman itu.
"Mengapa Anda tidak alamatkan kepada agresor Rusia, yang ini adalah alasan satu-satunya konflik ini dan bahwa jika Ukraina berhenti untuk membela diri, kedaulatan Ukraina akan hilang dan jika Rusia menghentikan perang konflik akan berhenti," jelasnya.
"Dan jika kami mengikuti proposal Anda, bukankah ini hanya akan memperkuat pembekuan konflik baru di Eropa," tambahnya.
Menjawab ini, Prabowo awalnya memberi jawaban terima kasih ke penanya. Namun setelahnya ia berkata akan mencoba menjawab pertanyaan meski ia rasa tiga menit waktu yang singkat.
"Beberapa pertanyaan seolah menyamakan terkait yang invasi dan yang diinvasi," kata Prabowo.
"Saya rasa ini reaksi emosional, tapi yang saya tempatkan ke depan adalah resolusi konflik," tegasnya.
Ia lalu melanjutkan tak mengatakan siapa yang salah dan benar dalam proposalnya. Menurutnya ada hal yang salah.
"Saya tidak mengatakan sisi mana yang benar dan salah, karena posisi Indonesia sudah sangat jelas," jelasnya seranya mengangkat tangan mengeluarkan telunjuknya.
"Di PBB, kami voting menentang invasi Rusia, kami memilihnya. Kalian bisa cek rekaman votingnya," tambahnya.
"Kami tidak mengatakan yang salah dan benar. Saya hanya usulkan, agar kita bisa memasukkan sebuah resolusi konflik, yang secara historis sudah pernah dilakukan," imbuhnya.
"Tolong, rekan-rekan di Eropa, tolong jangan hanya memikirkan untuk 5 atau 10 tahun saja, pikirkan dalam 50 tahun (mendatang)," ujarnya lagi bernada tinggi.
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyebut negara-negara di Asia memiliki lebih banyak pengalaman dalam konflik peperangan. Bahkan, kata Prabowo, mungkin lebih parah dan lebih ngeri dari apa yang dialami oleh Ukraina.
"Tanyakan pada sahabat kita di Vietnam, tanyakan pada sahabat kita di Kamboja. Tanya ke mereka, berapa kali mereka diinvasi, tanya ke sahabat kita di Vietnam berapa kali mereka diinvasi," kata Prabowo lagi.
"Tanya pada Indonesia berapa kali kami diinvasi. Kami tahu peperangan, (sehingga) kami ingin membantu mengakhiri dan ingin membantu (agar perang Rusia-Ukraina berakhir)," ujarnya.
"Tapi sekali lagi ya terserah kepada khalayak umum," tegasnya.
Sebelumnya, Prabowo sebenarnya memberi lima solusi damai Rusia dan Ukraina. Pertama, Prabowo mengusulkan gencatan senjata.
Lalu kedua, ia meminta mundurnya masing-masing negara yang bertikai 15 kilometer ke baris baru (belakang) dari posisi depan masing-masing negara saat ini. Ketiga, ia pun meminta keterlibatan pasukan pemantau dan PBB di sepanjang zona demiliterisasi baru kedua negara.
Keempat, ia juga mengusulkan pasukan pemantau dan PBB itu terdiri dari kontingen negara-negara yang disepakati. Kelima, ia meminta PBB harus mengorganisir dan melaksanakan referendum di wilayah sengketa untuk memastikan secara objektif keinginan mayoritas penduduk dari berbagai wilayah sengketa.
Hal ini menimbulkan reaksi terutama soal referendum.
"Kedengarannya seperti rencana Rusia, bukan rencana Indonesia," kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov
"Kami tidak membutuhkan mediator ini datang kepada kami (dengan) rencana aneh ini. Di wilayah pendudukan, pasukan Rusia melakukan kejahatan perang, kejahatan pada kemanusiaan dan genosida. Sekarang Rusia berusaha untuk mengganggu serangan balik Ukraina," tambahnya lagi.
Rusia sendiri melalui Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan bahwa pihaknya terbuka tentang setiap proposal perdamaian yang diberikan. Ia mengaku belum mendapatkan proposal secara resmi, namun telah mendengar poin-poinnya di media.
"Kami menyambut baik upaya semua negara yang ditujukan untuk penyelesaian konflik ini secara damai," kata diplomat senior Rusia itu kepada lembaga pemberitaan resmi Moskow, TASS.
Dalam update PBB Mei, perang Rusia di Ukraina mengakibatkan kematian sedikitnya 8.800 warga sipil sejak Februari 2022. Sebanyak lebih dari 14.900 orang terluka.
Total korban dari warga sipil akibat perang yang berkecamuk tercatat sekitar 23.800 orang. Namun data di lapangan, tegas organisasi itu, kemungkinan lebih tinggi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tiba-Tiba Menhan Prabowo ke Arab, Ada Apa?
