
Heboh Ukraina Tolak Solusi Damai Prabowo: Aneh, Rencana Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Ukraina menolak mentah-mentah proposal perdamaian yang diusulkan Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Prabowo Subianto. Bahkan, dimuat AFP, Kyiv menyebut proposal itu aneh dan mirip rencana Rusia bukan Indonesia.
Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov, Minggu. Ia menegaskannya persis setelah Prabowo mengemukakan gagasan terkait perdamaian Rusia-Ukraina pada KTT pertahanan Shangri-La Dialog di Singapura di mana ia menjadi pembicara.
Dalam kesempatan itu, Prabowo mengusulkan beberapa ide. Seperti penghentian permusuhan dan gencatan senjata pada posisi saat ini.
Prabowo juga mengusulkan zona demiliterisasi yang akan dijamin oleh pengamat dan pasukan penjaga perdamaian PBB. Ia ikut menyarankan sebuah 'referendum di wilayah yang disengketakan' dengan PBB sebagai penyelenggara.
Namun, Nikolenko, yang juga menghadiri forum itu menegaskan tidak ada wilayah sengketa yang diperebutkan dua negara sehingga membutuhkan referendum. Menurutnya, jalan perdamaian satu-satunya adalah Rusia harus menarik pasukannya dari Ukraina.
"Kedengarannya seperti rencana Rusia, bukan rencana Indonesia," katanya.
"Kami tidak membutuhkan mediator ini datang kepada kami (dengan) rencana aneh ini," tegasnya.
"Di wilayah pendudukan, pasukan Rusia melakukan kejahatan perang, kejahatan pada kemanusiaan dan genosida. Sekarang Rusia berusaha untuk mengganggu serangan balik Ukraina," tambahnya lagi.
Beberapa negara telah mengajukan usulan perdamaian bagi kedua negara. China misalnya, mempresentasikan rencana perdamaiannya sendiri untuk mengakhiri perang namun ditanggapi skeptis oleh Uni Eropa.
Sebaliknya, Amerika Serikat (AS) dan sekutu Barat telah mengirimkan miliaran dolar senjata. Bahkan kelompok itu juga memberi bantuan lain, seperti jet ke Ukraina, sejak serangan Rusia hinca kini.
AFP mencatat solusi damai ke Ukraina tak sekali disampaikan RI. Sebagai negara non blok, Indonesia sempat menyuarakan perdamaian saat lawatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Moskow dan Kyiv tahun lalu.
Indonesia memberikan suara mendukung resolusi PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. Tetapi higgaa kini belum menerapkan sanksi ekonomi terhadap Moskow.
Sementara itu, Josep Borrel Fontelles selaku perwakilan tinggi dan wakil presiden Komisi Eropa Uni Eropa memberikan pandangannya soal cara agar perang berakhir. Menurutnya, cara efektif yakni dengan memutus dukungan militer pada Ukraina namun kedaulatan negara bakal jatuh.
Fontelles sendiri menegaskan pihaknya tidak akan berhenti mendukung militer Ukraina. Sebab ia memprediksi jika itu yang terjadi, maka perdamaian hanya untuk pihak yang kuat.
Dalam update PBB Mei, perang Rusia di Ukraina mengakibatkan kematian sedikitnya 8.800 warga sipil sejak Februari 2022. Sebanyak lebih dari 14.900 orang terluka.
Total korban dari warga sipil akibat perang yang berkecamuk tercatat sekitar 23.800 orang. Namun data di lapangan, tegas organists itu, kemungkinan lebih tinggi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kronologi Damai Prabowo Ditolak Ukraina, Dicap Pro Rusia
