
Bukan Dukungan Perang, Ini Bukti Nyata Kemesraan China-Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Total perdagangan China dengan Rusia melonjak ke tingkat tertinggi sejak dimulainya perang Moskow di Ukraina. Hal ini terlihat dari data resmi yang dirilis Rabu (7/6/2023).
Menurut data resmi dari Beijing yang dikutip AFP, perdagangan antara kedua negara pada Mei bernilai US$ 20,5 miliar atau setara Rp304 triliun, dengan impor China dari Rusia senilai US$ 11,3 miliar (Rp 167 triliun).
Angka dalam data resmi juga menunjukkan ekspor ke Rusia naik 75,6% pada Mei, tingkat tertinggi sejak Moskow menginvasi Ukraina, bahkan saat perdagangan dengan sebagian besar pasar utama Eropa dan Amerika Serikat (AS) turun.
Sebagai informasi, China telah meningkatkan dukungannya untuk Rusia selama perang berlangsung. Beijing juga menjadi mitra dagang terbesar Rusia, dengan perdagangan di antara mereka mencapai rekor US$ 190 miliar tahun lalu, menurut data bea cukai China.
Meski data menunjukkan ekspor China turun karena meningkatnya inflasi global, ancaman resesi di tempat lain dan ketegangan geopolitik dengan AS, tetapi perdagangan Beijing dengan Rusia melawan tren yang suram bagi negara tersebut.
Selama pertemuan puncak bulan Maret, Presiden China Xi Jinping dan pemimpin Rusia Vladimir Putin berjanji untuk meningkatkan perdagangan menjadi US$ 200 miliar pada tahun 2023, memuji kemitraan tanpa batas kedua pemimpin.
Pengiriman energi Rusia ke China juga ditetapkan tumbuh sebesar 40% tahun ini, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak pada Mei lalu.
Beijing mengatakan pihaknya adalah pihak netral dalam perang Ukraina, tetapi telah dikritik oleh negara-negara Barat karena menolak mengutuk Moskow dan karena kemitraan strategisnya yang erat dengan Rusia.
Selain itu, laporan China pada Rabu juga menyebut bahwa pihak berwenang telah meminta bank-bank terbesar di negara itu untuk menurunkan suku bunga deposito sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian.
Analis mengatakan langkah seperti itu dapat mengindikasikan Bank Rakyat China sedang mempertimbangkan penurunan suku bunga secepatnya bulan ini.
China juga bergulat dengan wabah Covid-19 baru, tetapi data resmi tentang skalanya masih langka dan hanya ada sedikit tanda bahwa kebijakan penahanan akan diterapkan kembali.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukti Geng Negara Maju 'Tersandera' Kekuatan Ekonomi China
