Bank Dunia: Ekonomi RI Bisa Salip China & AS di 2024-2025

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
07 June 2023 09:22
TOPSHOT - US President Joe Biden (R) and China's President Xi Jinping (L) shake hands as they meet on the sidelines of the G20 Summit in Nusa Dua on the Indonesian resort island of Bali on November 14, 2022. (Photo by SAUL LOEB / AFP) (Photo by SAUL LOEB/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/SAUL LOEB

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia atau World Bank memperkirakan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melaju lebih cepat dibandingkan Amerika Serikat dan China mulai 2024. Pada tahun itu, ekonomi China terus melambat, sedangkan Amerika Serikat ada perbaikan.

Dalam Global Economic Prospects edisi Juni 2023, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan sebesar 4,9%, meski masih jauh lebih rendah dari realisasi pada 2022 sebesar 5,3%. Pada 2024 pun tidak ada perubahan, baru pada 2025 kembali naik ke level 5%.

Kondisi ini dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah menjaga ekspektasi inflasi sehingga tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral bisa ditahan saat ini. Padahal, di negara-negara maju seperti AS tren kenaikan suku bunga acuan masih akan tinggi karena tekanan inflasi yang berkepanjangan.

"Bank sentralnya telah mengisyaratkan jeda kenaikan atau pengetatan seperti di Indonesia, atau mulai memangkas suku bunga kebijakan seperti di Vietnam," dikutip dari Global Economic Prospects edisi Juni 2023, Rabu (7/6/2023).

Namun, Indonesia masih memiliki sejumlah risiko yang harus dihadapi selama 2023-2024, seperti melandainya harga-harga komoditas andalan ekspor karena permintaan global melemah akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini disebabkan masih tinggi dan berkepanjangannya tren kenaikan suku bunga acuan di negara maju.

"Harga-harga komoditas yang termoderasi akan membantu mengurangi inflasi utama tahun ini tetapi juga akan melemahkan kondisi perdagangan ekspor komoditas, termasuk Indonesia," tulis Bank Dunia dalam laporan itu.

Bank Dunia mencatat, kinerja ekspor Indonesia konsisten merosot sejak Juli 2021-Maret 2022, lalu berlanjut pada April 2022-April 2023. Pertumbuhan ekspor barang pada Juli 2021 masih mencapai 52,6% namun pada Maret 2022 sudah ke posisi 35,3%. Sempat naik pada April 2022 ke posisi 41,2% namun terus anjlok hingga April 2023 sudah minus 9,5%.

Khusus di Amerika Serikat, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonominya pada 2023 hanya akan mencapai 1,1%, lebih lambat dari estimasi pertumbuhan 2022 sebesar 2,1%. Namun perkiraan itu merupakan hasil revisi ke atas sebesar 0,6% dari perkiraan pada Januari 2023 uang 0,5% pertumbuhan.

Sementara itu, pada 2024, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan kembali melambat dengan perkiraan 0,8% atau turun 0,8% dari perkiraan pada Januari 2023 yang sebesar 1,6%. Sedangkan pada 2025 pertumbuhannya baru akan melesat menjadi 2,3%.

Ini terutama sebagai dampak dari lambatnya efek kenaikan tajam suku bunga kebijakan selama satu setengah tahun terakhir yang ditujukan untuk menurunkan tingkat inflasi tertinggi sejak awal 1980-an. Tapi puncak efek ini diperkirakan terjadi pada 2023.

Bangkrutnya sejumlah bank di negara itu juga menjadi salah satu katalisator melambatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi AS, karena penyaluran kredit melambat. Diperburuk dengan pengeluaran rumah tangga yang lesu karena tingginya biaya pinjaman, terutama untuk konsumsi dan investasi di sektor perumahan.

"Aktivitas diperkirakan akan meningkat menjelang akhir tahun depan, karena inflasi mereda dan efek pengetatan kebijakan moneter memudar," tulis Bank Dunia dalam laporan itu.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi China malah menguat untuk 2023. Proyeksi terbaru pertumbuhan 2023 dari Bank Dunia sebesar 5,6% naik dari estimasi pertumbuhan 2022 sebesar 3% dan proyeksi ini mengalami revisi ke atas sebesar 1,3% dari perkiraan pada Januari 2023.

Prediksi pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh estimasi dampak baik dari pembukaan kembali aktivitas ekonomi China setelah pengetatan selama Pandemi Covid-19. Membuat belanja konsumen naik dan investasi bangunan turut terkerek naik terutama dari sisi infrastruktur.

Namun, pada 2024 perekonomian China menurut Bank Dunia akan melemah menjadi hanya tumbuh 4,6% dan merupakan hasil revisi ke bawah sebesar minus 0,4% dari proyeksi yang dilakukan pada Januari 2023. Pada 2025 pun pelemahan masih berlanjut menjadi 4,4%.

"Dampak dari kebijakan pembukaan kembali ekonomi memudar pada paruh kedua tahun ini, dan pertumbuhan akan melambat pada 2024 karena konsumsi yang moderat seiring belum pulihnya ekspor," kata Bank Dunia.

Risiko berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi China menurut Bank Dunia utamanya disebabkan berlanjutnya tekanan di sektor real estat, perlambatan pertumbuhan dan perdagangan global yang lebih tajam dari yang diperkirakan, dan kemungkinan gelombang Covid-19 yang mengganggu.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Gagal Tumbuh 5% Tahun Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular