Pedagang Atribut Partai di Pasar Senen Menjerit, Kenapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang musim pemilihan umum (Pemilu), sejumlah pedagang di Pasar Senen Blok III menjerit pesanan atau order kaos dan atribut partai masih belum ramai, belum ada peningkatan sama sekali. Jangankan untuk memulai memproduksi, untuk pemesanan pun para pedagang mengaku masih belum ada.
Dari pantauan CNBC Indonesia di lokasi pada Selasa (6/6/2023), hampir di semua toko yang menawarkan baju dan atribut partai nampak sepi, hampir tidak ada aktivitas dari pihak pedagang. Para pedagang hanya terlihat berdiam sembari menunggu orderan masuk. Bahkan, untuk yang sekedar bertanya kisaran harga kaos dan atribut partai saja tidak nampak di dalam toko-toko para pedagang.
Misalnya, Ari salah seorang pedagang kaos dan atribut partai mengeluh orderan di masa Pemilu tahun ini sangat sepi. Biasanya, kata dia, para pedagang bisa lembur hingga jam 10 malam untuk mengerjakan pesanan, tapi kali ini pedagang terpaksa harus pulang lebih cepat sebelum Pasar Senen tutup, karena sepi.
"Orderan sekarang ini masih belum ramai, masih biasa saja, sepi. Gak seperti kayak dulu lah, kalau dulu baru keluar nomor pun orang sudah kayak makan cabai, pedes langsung minum es. Sekarang gak kayak dulu, mereka masih bimbang dan ragu," kata Ari kepada CNBC Indonesia.
"Kalau dulu bukan ramai lagi, sudah lembur malah. Di Senen sudah disuruh tutup jam 9 malah kita baru bisa selesai jam 10. Kalau sekarang gak ada begitu, paling jam setengah 8 kita tutup. Seharusnya masa-masa menjelang Pemilu itu ulang tahun buat kami," imbuhnya.
Adapun alasan sepinya orderan, kata Ari, karena Mahkamah Konstitusi (MK) masih belum menetapkan dan mengumumkan apakah Pemilu akan dilakukan secara terbuka atau tertutup.
"Orderan sepi ini karena kan orang masih takut masalah pemilihan tertutup atau terbukanya. Itu yang mereka takuti buat gencar-gencarnya nyetak. Kalau sekarang, orang tuh memang takut buat ngeluarin biaya, dewan-dewan pun takut, karena apa? Percuma saja dia bikin cetakan kalau hasilnya nihil juga," ujarnya.
Oleh sebab itu, para pedagang saat ini masih enggan untuk berinisiatif membuat atau memproduksi kaos dan atribut partai. Tidak seperti masa-masa pemilu sebelumnya.
"Ya kami UMKM takut lah, dewan saja takut apalagi pedagang, apalagi kayak kami-kami ini UMKM," kata dia.
Ari mengaku tidak tahu kapan orderan kaos dan atribut partai ini mulai akan ramai dipesan, sebab para langganannya pun masih khawatir tidak bisa membayar dari orderan yang masih gamang tersebut.
"Ya kita gak tahu lah, tergantung. Intinya dari beliau-beliau itu. Kalau kita Komunikasi, (mereka masih) bimbang dan ragu, itu doang. 'Jadi kalau kita ngasih gambaran suruh nyetak nanti kalau gak kebayar sama saya gimana mas', kayak gitu jawaban mereka," ujar Ari.
Hal senada juga disampaikan Hendra, pedagang kaos dan atribut partai lainnya di Pasar Senen Blok III.
"Gak ada pesanan. Seharusnya kan, kalau kayak tahun-tahun sebelumnya, kita ini gak berhenti-henti kerja. Ini kan sudah 1 tahun mau pencoblosan, artinya sudah beberapa bulan lagi. Ini sudah waktunya mereka untuk pesan-pesan barang banyak. Tapi belum ada, ada sih yang pesen tapi cuman sedikit saja," timpal Hendra.
Hendra menyebut, biasanya pesanan yang masuk pada saat menjelang pemilu itu bisa sampai puluhan ribu, namun sekarang pesanan itu hanya berkisar 3.000 lembar baju saja. Itu pun pesanan datang dari anggota dewan calon legislatif DPR RI.
"Ya paling seperti caleg DPR RI, mereka itu biasanya paling sedikit pesan baju itu 50.000 lembar baju, itu paling sedikit. Sekarang belum ada segitu. Sekarang mereka baru cuman pesan 3.000 lembar. Karena mereka memang masih takut untuk masalah keputusan MK terbuka atau tertutup," ucapnya.
"Kalau misalnya sudah diputuskan ini terbuka dia sudah pasti buru-buru pesan barang, karena buat sosialisasi ke masyarakat. Tapi, ini (baju dan atribut partai) kalau misalnya dia pesan sekarang, tapi ternyata tertutup, yang pertama dia buang duit, karena kalau dia gak ada loyalitas di partai dia gak akan dipilih sama ketua partai jadi calon anggota dewan," lanjutnya.
Karena MK masih belum memutuskan, lanjut Hendra, sampai dengan saat ini benar-benar masih belum ada orderan dari partai yang masuk. Hal itu, kata dia, sangat akan mempengaruhi para UMKM khususnya pedagang kaos dan atribut partai di Pasar Senen. "Apalagi kalau tertutup, kami ini benar-benar zonk, benar-benar gak ada pemasukan sama sekali. Kita berharap sebagai UMKM benar-benar dari orang partai," ujarnya.
Para pedagang berharap, kalau bisa pemerintah secepatnya memutuskan dan mengumumkan terkait prosedur Pemilu 2024, apakah dilakukan secara terbuka atau tertutup. Selain itu, para pedagang juga berharap pemilihan dilakukan secara terbuka.
"Kalau bisa secepatnya pemerintah mengumumkan pemilihan ini terbuka, jangan tertutup. Kami dari UMKM ini sangat berharap segera diumumkan pemilihannya terbuka. dan apabila tertutup, kami ini benar-benar sudah gak bisa ngomong apa-apa lagi," ujar Hendra.
(wur)