
'Momok Seram' Ini Jadi Musuh Besar Jokowi di Tahun Terakhir!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 diperkirakan masih akan bertopang pada ekonomi domestik. Inflasi yang selalu menjadi 'momok' bagi perekonomian harus terjaga dan diawasi.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2024 masih dihadapkan dengan ketidakpastian geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Perang yang berlangsung sejak 2019 itu, memang sampai saat ini belum ada titik terang.
"Tahun 2024 memang ekonomi Indonesia dominan bertumpu pada domestik," jelas David kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (26/5/2023).
Perhelatan pemilihan umum (Pemilu) serentak di tahun depan, kata David paling tidak bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi 0,2% dari baseline pertumbuhan ekonomi Indonesia. Misalnya baseline pertumbuhan ekonomi adalah 5%, maka dengan adanya pemilu maka pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,2%.
"Ada perhelatan politik. Di kuartal I-2024 itu ada pemilu presiden, legislatif, dan mungkin ada second round atau dua putaran. Sementara pemilihan kepala daerah (pilkada) ada di kuartal IV-2024. Jadi memang domestik ekonomi akan cukup kuat," tuturnya.
Dengan adanya pemilu, maka sektor yang bisa memberikan kontribusi besar ke pertumbuhan ekonomi nasional, kata David seperti logistik, media, transportasi, makanan, minuman, dan ritel.
Oleh karena itu, mengingat akan meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang tahun politik pada 2024, pengendalian harga atau inflasi pun menjadi penting. Jangan sampai inflasi yang tinggi dapat menghambat konsumsi masyarakat, yang pada akhirnya dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Terjaganya inflasi sepanjang tahun 2024, David meyakini ambisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menargetkan pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh hingga 5,7% pada 2024 bisa tercapai, dengan inflasi pada level 1,5% hingga 3,5%.
"Inflasi harus dijaga terus. Selama harga BBM tetap, inflasi oke. Inflasi terkendali, maka pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan pertumbuhan maksimum," tuturnya.
"Bisa dicapai dengan catatan, karena tahun depan ada pemilu, ada tambahan 0,2%. Harus ada ekstra effort," kata David lagi.
Selain sektor konsumsi, investasi juga bisa dimaksimalkan. Kendati demikian, David pesimis jika investasi di Indonesia bisa jadi penopang ekonomi tahun depan, karena biasanya para pelaku usaha akan wait and see menjelang tahun politik.
"Sejauh ini kan investasi realisasinya belum. Apalagi ada Pemilu, mungkin agak tersendat. Tapi, bisa saja kalau mereka yakin stabilitas politik ke depan terjamin, mungkin realisasi bisa lebih besar lagi untuk investasi," kata David lagi.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, hasil realisasi investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menunjukkan pertumbuhan secara tahunan (year on year/yoy) terendah sejak 2013.
Pada kuartal I-2023, data BPS menunjukkan data PMTB atau investasi hanya tumbuh 2,11% (yoy), ini merupakan pertumbuhan terendah sejak 2013 atau sebelum pandemi Covid-19.
Adapun jika dibandingkan dengan kuartal I-2022 dan kuartal IV-2022, penurunannya cukup dalam. Pertumbuhan PMTB pada kuartal I-2022 tercatat sebesar 4,08% dan pada kuartal IV-2022 pertumbuhannya 3,33%.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Momok Seram Masih Gentayangan di 2024, Pemerintah Was-was!
