
Tanda "Kiamat" Makin Nyata, Ramai-Ramai Negara Dunia Kena

Jakarta, CNBC Indonesia - "Kiamat" baru menggancam bumi. Berbagai wilayah di belahan bumi kini diklaim sedang mengalami fenomena tersebut.
Sebuah penelitian yang diterbitkan Kamis (18/5/2023) menyebut lebih dari separuh danau dan waduk besar di dunia telah menyusut sejak awal 1990-an, terutama karena perubahan iklim. Perubahan ini meningkatkan kekhawatiran soal stok air untuk pertanian, tenaga air, dan konsumsi manusia.
Sebuah tim peneliti internasional melaporkan bahwa beberapa sumber air tawar paling penting di dunia, dari Laut Kaspia antara Eropa dan Asia hingga Danau Titicaca di Amerika Selatan, kehilangan air dengan laju kumulatif sekitar 22 gigaton per tahun. Ini terjadi selama hampir tiga dekade.
Danau-danau tersebut kehilangan sekitar 17 kali volume Danau Mead. Ini merujuk ke waduk terbesar di Amerika Serikat yang menampung sekitar 28.5 juta kaki ekar (35 kilometer kubik) air.
Fangfang Yao, ahli hidrologi permukaan di University of Virginia yang memimpin penelitian di jurnal Science. Ia mengatakan 56% penurunan danau alami didorong oleh pemanasan iklim dan konsumsi manusia.
"Ilmuwan iklim umumnya berpikir bahwa daerah gersang di dunia akan menjadi lebih kering akibat perubahan iklim, dan daerah basah akan menjadi lebih basah, tetapi studi tersebut menemukan kehilangan air yang signifikan bahkan di daerah lembab," katanya, dikutip Reuters.
"Ini tidak boleh diabaikan," tegas Yao.
Para ilmuwan menilai hampir 2.000 danau besar menggunakan pengukuran satelit yang dikombinasikan dengan model iklim dan hidrologi. Mereka menemukan bahwa penggunaan danau yang tidak berkelanjutan oleh manusia, perubahan curah hujan dan limpasan, sedimentasi, dan kenaikan suhu telah menurunkan permukaan danau secara global 53% dari tahun 1992 hingga 2020.
"Hampir 2 miliar orang, yang tinggal di cekungan danau yang mengering, terkena dampak langsung," kutip media itu memuat Yao.
"Banyak daerah menghadapi kekurangan dalam beberapa tahun terakhir," tambahnya.
Studi itu juga menemukan penggunaan alam yang tidak berkelanjutan oleh manusia yang membuat mengeringkan danau, seperti Laut Aral di Asia Tengah dan Laut Mati di Timur Tengah. Sementara danau di Afghanistan, Mesir, dan Mongolia dilanda kenaikan suhu, yang dapat meningkatkan kehilangan air ke atmosfer.
Permukaan air naik di seperempat danau, seringkali sebagai akibat dari pembangunan bendungan di daerah terpencil. Ini terjadi seperti Dataran Tinggi Tibet Dalam.
Ilmuwan dan juru kampanye telah lama mengatakan perlu untuk mencegah pemanasan global melebihi 1,5 derajat Celcius untuk menghindari konsekuensi perubahan iklim yang paling dahsyat. Dunia saat ini memanas dengan laju sekitar 1,1 Celcius.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Perang, Petaka Ini Bisa Bikin Jerman Boncos Rp 14.653 T