Internasional

4 'Kiamat' Ancam AS, Utang Meledak-Ramai Perusahaan Bangkrut

sef, CNBC Indonesia
12 May 2023 05:01
USA-CHINA/
Foto: Bendera Amerika Serikat (AP Photo/Charlie Riedel)

4.Dedolarisasi

Ancaman lain yang bisa menjadi "malapetaka" baru bagi AS adalah fenomena dedolarisasi. Pasalnya, greenback mulai ditinggalkan banyak negara.

Keperkasaan dolar AS yang sudah berlangsung sejak 1920an atau lebih dari 100 tahun pun terancam. Karena banyak negara yang ingin terlepas dari "penjajahan" dolar.

Sejumlah fakta menunjukan bagaimana AS tak dipakai lagi oleh China & Brasil, sejak Maret. Di mana keduanya sepakat untuk tidak lagi menggunakan dolar AS dan beralih menggunakan mata uang mereka sendiri, yuan dan real.

Kesepakatan antara China dan Brasil sendiri bernilai sangat besar, dengan total menembus US$ 171,49 miliar. Artinya, ada permintaan dolar sebesar US$ 171 miliar yang hilang dalam perdagangan global.

Belum lagi, negara aliansi BRICS yang juga bersiap untuk meninggalkan dolar AS serta euro Eropa untuk melakukan perdagangan antarnegara. Saat ini aliansi negara itu dalam proses menciptakan alat pembayaran baru.

Di sisi lain, India juga telah mengeluarkan kebijakan baru untuk semakin meningkatkan penggunaan rupee dalam perdagangan mereka sejak April 2023. Salah satunya dengan Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA).

Para negara tetangga RI pun tak ketinggalan dengan rencana dedolarisasi . Ini melalui local currency transaction (LCT).

Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina telah meneken kerjasama transaksi pembayaran lintas batas. Ini melalui kode QR, fast payment, data, hingga transaksi mata uang lokal.

Terbaru, data Reuters dikutip Jumat (12/5/2023), menunjukan bagaimana China di bulan Mei, secara dramatis meningkatkan penggunaan yuan untuk membeli komoditas Rusia selama setahun terakhir. Ini termasuk hampir semua pembelian minyak, batu bara, dan beberapa logam denna mata ung Yuan.

Menurut beberapa esksekutif perdangan, peralihan ke yuan untuk membayar sebagian besar perdagangan komoditas sekitar US$88 miliar. Di Maret, renminbi juga menjadi mata uang yang paling banyak digunakan untuk transaksi lintas batas di China, menyalip dolar untuk pertama kalinya menurut data resmi.

Meskipun demikian, pangsanya sebagai mata uang pembayaran global tetap kecil di 2,5% merujuk SWIFT. Sementara dolar AS masih 39,4% dan euro 35,8%.

"Jangka panjang karena lebih banyak negara bergabung ... untuk mengurangi risiko paparan dolar. Terutama setelah mereka melihat apa yang dilakukan AS. Sanksi terhadap Rusia," kata ahli strategi investasi senior di BNP Paribas Asset Management di Hong Kong, Chi Lo.

"Ini adalah perkembangan jangka panjang yang membentang dalam satu atau dua, bahkan tiga dekade mendatang," tambahnya.

(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular