
Ekonomi Tumbuh 5%, Tanda Orang RI Sejahtera Bu Sri Mulyani?

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah ketidakpastian global dan pemulihan pasca pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh konsisten di atas 5% selama enam kuartal berturut-turut sejak kuartal IV-2021. Dengan pertumbuhan ekonomi ini, apa artinya rakyat Indonesia sudah sejahtera?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaknai pertumbuhan ekonomi di Indonesia tercipta karena kesinambungan seluruh kegiatan masyarakat, ada yang menjual, ada yang membeli, ada yang memproduksi, atau ada yang dengan melakukan investasi, hingga melakukan ekspor dan impor.
Adanya perputaran ekonomi itu lah, yang kemudian tercipta lapangan pekerjaan, yang menghasilkan pendapatan bagi mereka yang bekerja.
"Sehingga dia bisa menciptakan lapangan kerja, orang-orang yang bekerja bisa mendapatkan pendapatan. [...] Angka itu menggambarkan apakah di dalam negara tersebut ekonominya bergerak meng-create job (menciptakan) lapangan pekerjaan," ujar Sri Mulyani dikutip dari laman Youtube Kemenkeu, Rabu (10/5/2023).
Pekerjaan itu yang kemudian membuat masyarakat kemudian memiliki pendapatan dan bisa melakukan aktivitas-aktivitas sebagai manusia yang utuh. Pun, ekonomi di Indonesia yang berhasil tumbuh 5,03% pada kuartal I-2023, menurut Sri Mulyani adalah soal kesejahteraan masyarakat.
"Ekonomi it's about welfare, kesejahteraan dari masyarakat yang dilakukan bukan dengan bagi-bagi duit supaya bisa punya kesejahteraan. Tapi, masyarakatnya bisa bekerja bukan bekerja karena terpaksa. Tapi, bekerja untuk menyempurnakan apa yang disebut memenuhi aspirasi, kehormatan mereka untuk menjadi manusia-manusia yang produktif. Itu mungkin konsep kesannya," jelas Sri Mulyani.
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi, kata Sri Mulyani bersumber dari lima komponen, yakni konsumsi masyarakat, investasi, ekspor, impor, dan spending atau belanja pemerintah, baik itu melalui APBN atau APBD.
Sri Mulyani merinci, konsumsi yang tinggi di suatu negara menggambarkan bahwa masyarakat memiliki daya beli yang berasal dari pendapatannya yang merupakan upah karena masyarakat bekerja. Konsumsi masyarakat menyumbang hampir 57% ekonomi di Indonesia.
Kemudian investasi, merupakan bentuk dari permintaan terhadap seluruh barang dan jasa untuk seseorang bisa menjalankan kegiatan produktif.
"Umpamanya saya ingin menjadi barista bikin warung kopi atau cafe, maka mulai menyewa ruko, bikin furniturenya, beli alat untuk bikin kopi. Itu semuanya adalah kegiatan investasi," ujar Sri Mulyani. Yang pada akhirnya investasi ini memberikan multiplier effect untuk perekonomian.
"Itulah kenapa presiden pemerintah memperbaiki iklim investasi, itu sebetulnya adalah untuk menciptakan sebuah lingkungan ekosistem orang-orang berkegiatan produktif tanpa banyak beban," kata Sri Mulyani lagi.
Adapun mengenai ekspor, berbicara produksi barang, bukan hanya Indonesia yang membutuhkan, tapi hampir negara di seluruh dunia pun membutuhkannya. Misalnya saja, komoditas-komoditas hasil pertambangan seperti nikel, batubara, tembaga, kelapa sawit - yang semuanya banyak diproduksi di Indonesia.
Sementara impor adalah kebalikannya, sehingga pelaku usaha bisa membeli barang dari luar negeri, untuk bisa membantu meningkatkan produksinya, karena sebagian barang-barang yang dibutuhkan itu tidak tersedia banyak di tanah air.
"Itu membuat orang lain mengkonsumsi produksi kita, itu memberikan gros tambah dan setiap kegiatan ekspor pasti create job," ujarnya.
Nah yang terakhir, komponen yang juga memberikan andil untuk pertumbuhan ekonomi di tanah air, kata Sri Mulyani adalah belanja pemerintah.
"Saya sebagai Menteri Keuangan itu pemerintah. Dari sisi pemerintahan, ada aktivitas bisa bayar gaji, bayar kegiatan. Tapi yang paling penting government bisa spend untuk membangun jalan, bendungan, listrik, air minum, pelabuhan itu yang disebut capital spending," tuturnya.
"Lima komponen tadi; konsumsi, investasi, ekspor, impor dan government itu menghasilkan kegiatan ekonomi dari sisi demand," kata Sri Mulyani lagi.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Pede Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5% Lebih di Q4
