
Berkali-kali Molor, Proyek Gas Papua Barat Akan Nyembur Juni

Gresik, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif akan meninjau progres pembangunan Train 3 Kilang Gas Alam Cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat.
Arifin berharap, proyek yang dikelola perusahaan asal Inggris, BP, tersebut bisa mulai beroperasi pada akhir Juni 2023 mendatang.
"Gua mau ke Bintuni, ntar bulan Juni kali, atau awal Juli. (Proyek) Train 3, ya bagus progressing-nya, mudah-mudahan nanti akhir Juni bisa keluar (gasnya)," ungkap Arifin saat berbincang dengan media di Gresik, Jawa Timur, dikutip Jumat (5/5/2023).
Seperti diketahui, jadwal operasi Proyek Strategis Nasional (PSN) migas ini terus mundur. Mulanya, proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh ini beroperasi pada akhir 2021. Namun karena alasan pandemi Covid-19, proyek ini pun terus tertunda.
Lalu, proyek pun ditargetkan mundur ke 2022. Namun sampai tahun lalu nyatanya proyek ini masih belum juga beroperasi. Terbaru, ditargetkan proyek ini bakal mengucurkan gas perdananya (first gas) pada akhir Juni 2023 mendatang.
Dengan kemunduran tersebut, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan perusahaan migas raksasa Inggris yakni BP bakal dikenakan penalti dengan nominal yang besar.
Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas Kurnia Chairi sempat mengatakan, jumlah penalti yang harus dibayarkan oleh BP Indonesia diperkirakan bisa mencapai US$ 700 juta atau setara dengan Rp 10,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.855 per US$).
"Untuk penalti akibat keterlambatan Tangguh kemarin proyeksi kita itu sekitar US$ 700 juta yang harus ada penaltinya," ungkap Kurnia dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/4/2023).
Namun begitu, jumlah tersebut masih bisa dinegosiasikan lagi, Kurnia mengatakan jumlah tersebut masih ditekan sekitar US$ 300 juta, sehingga penalti yang harus dibayarkan sebesar US$ 400 juta atau setara dengan Rp 5,9 triliun.
"Namun kemudian, berbagai upaya dilakukan untuk renegosiasi kembali untuk mengatur kembali penjadwalannya, sehingga ini bisa dihemat sekitar US$ 300 juta," jelasnya.
Selain itu, Kurnia mengatakan pihaknya akan melakukan renegosiasi pembelian gas dengan pembeli yang sudah dijanjikan dalam kontrak pada proyek LNG Tangguh Train 3.
"Artinya, kita tidak menerima keterlambatan dari US$ 700 juta itu, tapi kita terus lakukan negosiasi dengan buyers-nya," tandasnya.
Proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh ini merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertuang dalam Peraturan Presiden No.109 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden No.3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional yang berlaku sejak 20 November 2020.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji juga sempat menjamin bahwa jadwal operasi proyek Tangguh Train 3 tidak akan mengalami kemunduran lagi. Paling tidak, proyek ini diproyeksikan bakal beroperasi antara kuartal ketiga atau keempat tahun ini.
"Tangguh nggak (mundur). Saya kira first gas (kali pertama gas mengucur) sekitar lupa saya, Juni atau Juli, first gas. Tapi komersialnya di November, yah di kuartal 3 atau 4," ungkap Tutuka saat ditemui di Gedung DPR, Kamis (6/4/2023).
Menurut Tutuka, proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh ini setidaknya akan memproduksi LNG sebanyak 60 kargo. Adapun 60% produksi LNG dari Train 3 tersebut ditujukan untuk kebutuhan PT PLN (Persero).
"Sisanya ada keluar negeri dan ekspor. Kan sudah punya list pembelinya," kata dia.
Proyek Kilang LNG Tangguh Train 3 yang dioperasikan oleh perusahaan migas asal Inggris, BP, ini diperkirakan menghasilkan gas sebesar 700 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 3.000 barel minyak per hari (bph).
Produksi gas dari Train 3 Tangguh ini setara dengan produksi gas alam cair (LNG) sebesar 3,8 juta ton per tahun (million tons per annum/ mtpa).
Proyek ini dikembangkan berdasarkan persetujuan POD II dengan nilai investasi dapat mencapai hingga US$ 8,9 miliar atau setara dengan Rp 133,5 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).
Dalam catatan SKK Migas, pengembangan Kilang LNG Tangguh Train 3 ini dimulai sejak tahun 2016 dan mengalami banyak tantangan yang utamanya diakibatkan Covid-19.
Rencana Pengembangan (Plan of Development/ POD) II Tangguh Train 3 telah disetujui pemerintah pada 29 November 2012, lalu pada 27 Januari 2014 telah disetujui AFE Front End-Engineering Design (FEED) LNG.
Sementara keputusan final investasi (Final Investment Decision/ FID) terjadi pada 1 Juli 2016, dan akhirnya mulai konstruksi (kick off EPC) pada 25 Agustus 2016.
Mulanya, proyek Train 3 Kilang LNG Tangguh ini dioperasikan pada akhir 2021. Namun karena terimbas pandemi Covid-19, sehingga membuat proyek menjadi tertunda.
Saat ini BP telah mengoperasikan dua train dengan kapasitas masing-masing sebesar 3,8 mtpa. Bila Train 3 ini beroperasi, maka total LNG yang dihasilkan mencapai 11,4 juta ton per tahun (mtpa).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! Jokowi Berikan Perpanjangan Kontrak Migas BP 20 Tahun
