
Uni Eropa Diskriminatif Nih, Petani Sawit RI Protes Deh

Jakarta, CNBC Indonesia - Puluhan petani sawit menggelar aksi protes atas kebijakan Uni Eropa terkait Undang Undang Anti Deforestasi atau EUDR. Adapun aksi protes tersebut dilakukan di depan Menara Astra, Jakarta, pada hari Rabu (29/3/2023) dimana Kantor Delegasi Uni Eropa bertempat.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Gulat Manurung mengeluh pihaknya diperlakukan tidak adil dengan adanya UU Anti Deforestasi ini. Dia mengatakan, gegara Uni Eropa harga sawit menjadi turun.
"Mereka mengatakan sawit itu tidak baik lah, merusak hutan lah, siapa yang merusak hutan? Sawit itu sekali 30 tahun pak direplanting, kalau tanaman kedelai setiap 3 bulan dipanen dan direplanting. Mana yang lebih merusak? Mana yang lebih memberikan efek negatif kepada lingkungan? Gara-gara Uni Eropa harga sawit turun," ujar Gulat dalam orasinya di lokasi.
Gulat menjelaskan bahwa sawit merupakan tanaman tahunan yang telah menjaga keseimbangan antar tiga dimensi, aspek ekologi, aspek lingkungan, hingga aspek ekonomi.
![]() Puluhan Petani Sawit Demo Tolak UU Deforestasi Uni Eropa. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky ) |
"Dari lingkungan, tidak ada penelitian yang membantah itu, sawit dikatakan baik terhadap lingkungan, menghijaukan daerah-daerah terlantar. Tapi kami dituduh merusak hutan sehingga harga sawit kami jatuh, mereka melarang, membuat aturan yang banyak sekali. Menurunkan jumlah pembeli CPO, akibatnya harga TBS (tandan buah segar) petani sawit turun," ujarnya.
Sawit adalah Indonesia, katanya, sawit adalah wajah dari ekspor Indonesia. "Tahun lalu Rp 610 triliun masuk kepada negara," lanjut dia.
Adapun alasan dari Uni Eropa membuat kebijakan berupa UU Anti Deforestasi, menurut Gulat, tak terlepas dari politik dagang, Uni Eropa ingin menguasai seluruh pasar minyak nabati dunia.
Indonesia sebagai produsen kelapa sawit terbesar dunia, kata dia, 85% kebutuhan minyak nabati dunia dipenuhi dari sawit. Indonesia sebagai produsen terbesar sawit tersinggung dengan aturan dari Uni Eropa yang mengatakan sawit sebagai perusak lingkungan dan sawit adalah tanaman berisiko tinggi. Ungkapan tersebut tidak benar.
"Maka itu, kami datang kesini untuk membela Indonesia, kami tidak mau sawit itu disebut merusak lingkungan, sawit itu baik dari aspek ekologi, aspek ekonomi, dari aspek sosial, tiga dimensi keberlanjutan ini ada pada sawit. Lantas kenapa itu disebut.. karena itu politik dagang, apakah kita diam saja? Tidak! Mari kita raih hak kita, kita minta keadilan. Keadilan dengan cara terhormat seperti hari ini," tegas dia.
(wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uni Eropa Bikin Gaduh! Petani Sawit Kirim Petisi, Isinya Ini