
Begini 'Curhat' Petani Soal Hilirisasi Kelapa Sawit

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Gulat Manurung mengungkapkan 'nasib' petani sawit yang tidak kunjung bangkit meski hilirisasi digencarkan. Menurutnya selama ini yang diutamakan perlindungannya adalah petani plasma yang bermitra dengan korporasi, berbeda dengan petani swadaya.
Padahal menurutnya multiplier effect di perkebunan, dengan petani swadaya di dalamnya, juga lebih besar dibandingkan korporasi.
"Kalau ada gonjang ganjing kelapa sawit petani yang terganggu ekonominya. Petani dan CPO adalah dua hal yang tidak terpisahkan," kata dia dalam Special Dialogue Apkasindo, Kamis (6/6/2024).
Gulat mengatakan semakin rendah harga CPO maka harga Tandan Buah Segar (TBS) pun akan semakin anjlok. Alasan ini semakin menguatkan pentingnya peran bursa CPO agar harga bisa lebih stabil.
"Yang terjadi belum ada bursa CPO, harga TBS belum stabil, tetapi setelah berdiri dia di atas dari KPBN. Faktanya harus ada persaingan baru ada juaranya," ujarnya.
Dia menyayangkan meski hilirisasi berjalan pesat, dan penerapan B20 hingga B30 berjalan, namun harga TBS masih 'begitu-begitu saja'. Sehingga hal ini berpengaruh pada kesejahteraan petani di Indonesia, terutama petani swadaya.
"Harga TBS dari Aceh sampai Papua, harganya 2.900, paling rendah di Papua, ini harga petani yang bermitra, dan ini tidak ditemui di lapangan, tidak satupun " ujarnya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Mau Ganti Presiden, Petani Minta Ini Ke Capres Pengganti Jokowi!