ASEAN 2023 di Bali, RI Angkat Budaya Sulawesi & Kalimantan

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
28 March 2023 10:15
ASEAN leaders take a group photo ahead of the opening ceremony of the 32nd ASEAN Summit in Singapore April 28, 2018.  ASEAN2018 Organising Committee/Handout Via REUTERS Foto: ASEAN2018 Organising Committee/Handout Via REUTERS

Bali, CNBC Indonesia - Keketuaan Indonesia pada ASEAN 2023 menjadikan Bali sebagai tuan rumah pertemuan ASEAN 2023. Pada pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN ini, Indonesia akan mengangkat budaya Sulawesi dan Kalimantan dalam balutan 'Discover Indonesia'.

Hal tersebut disampaikan dalam siaran pers bersama Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia yang dirilis hari ini, Selasa (28/3/2023).

"Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia akan menghadirkan sekitar 24 pertemuan yang meliputi pertemuan utama (mulai tingkat deputi hingga prinsipal," jelas BI dan Kemenkeu.

"Dan pertemuan pendukung yang berbalut tema 'Discover Indonesia', khususnya mengangkat budaya Sulawesi dan Kalimantan sekaligus menunjukkan giat pariwisata Indonesia," tulis siaran resmi tersebut.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menjelaskan, ada tiga topik strategis yang akan diusung oleh Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023.

Pertama, membangun kembali pertumbuhan wilayah, serta aktivitas dan daya saing baru, yang disebut dengan recovery rebuilding atau membangun kembali untuk pemulihan ekonomi.

Isu strategis yang kedua yakni, mempercepat transformasi digital yang inklusif, serta ekonomi digital partisipatif yang selama beberapa tahun terakhir menjadi tulang punggung perekonomian di ASEAN.

Isu ketiga yang juga akan didorong dalam Ketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023, kata Dody, yakni mempromosikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, untuk ketahanan keberlanjutan masa depan, hijau, serta inisiatif lainnya.

Dody mencontohkan implementasi pilar recovery rebuilding yakni melalui eksplorasi implementasi bauran kebijakan atau policy mix di negara-negara ASEAN sesuai karakteristik setiap negara.

"Mengingat negara-negara ASEAN relatif memiliki permasalahan ekonomi yang serupa pasca pandemi," jelas Dody saat ditemui di Bali, Senin (27/3/2023).

Adapun contoh lainnya adalah upaya mengurangi ketergantungan pada mata uang utama melalui skema Local Currency Transaction (LCT) yang merupakan perluasan dari skema sebelumnya Local Currency Settlement (LCS) yang sudah mulai diterapkan antar negara ASEAN.

Sementara itu, di bidang keuangan, inisiatif bilateral swap arrangement antara beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, memiliki makna kerjasama regional yang kuat sebagai bantalan ketahanan keuangan kawasan dan masing-masing negara.

"Di area sistem pembayaran, implementasi interkoneksi sistem pembayaran yang saling terhubung antar negara melalui Regional Payment Connectivity (RPC) akan terus diperluas dalam rangka digitalisasi pembayaran lintas negara," jelas Dody.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Febrio Kacaribu menjelaskan, dalam implementasi pilar sustainability, ASEAN telah mengembangkan ASEAN Taxonomy versi kedua.

ASEAN Taxonomy versi kedua tersebut merupakan sistem atau 'kamus' untuk menggolongkan kegiatan ekonomi di kawasan untuk menentukan aktivitas-aktivitas yang dapat memperoleh green financing dengan biaya yang lebih murah.

"Taksonomi ini diharapkan bisa diterima dan didukung oleh para Menteri dan Gubernur Bank Sentral pada pertemuan bulan Maret 2023. Untuk beralih bahan bakar fosil ke energi terbarukan, dibutuhkan transisi," jelas Febrio.

Dari Pilar Digital Economy, pembahasan didorong lebih lanjut terkait inisiatif-inisiatif dalam mendukung inklusi dan literasi keuangan digital bagi UMKM di kawasan ASEAN.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Menkeu & Gubernur Bank Sentral ASEAN Kumpul di Bali, Ada Apa?


(cap/cap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading