Ngeri! Data Gagal Panen Separah Ini, Pantas Impor Beras Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dikabarkan bakal mengimpor beras lagi tahun ini. Setelah akhir tahun 2022 lalu, pemerintah juga memutuskan impor 500.000 ton beras menyusul minimnya stok beras pemerintah (cadangan beras pemerintah/ CBP) di gudang Perum Bulog.
Dari salinan surat beredar yang diperoleh CNBC Indonesia, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memerintahkan penugasan pengadaan CBP dari luar negeri kepada Bulog. Surat tersebut tertanggal 24 Maret 2023 ditujukan kepada Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas).
Dalam surat itu, Arief menyebutkan, perintah pengadaan tersebut menindaklanjuti hasil rapat bersama Presiden Joko Widodo pada 24 Maret 2023 tentang ketersediaan bahan pokok dan persiapan arus mudik Idulfitri 1444 H.
Bulog diperintahkan mengimpor 2 juta ton beras sampai akhir Desember 2023, di mana 500.000 ton tahap pertama harus dilaksanakan secepatnya.
Kenapa harus impor? Apalagi saat ini, sebagaimana diakui pemerintah, Indonesia sedang dalam periode musim panen raya.
Bahkan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo sebelumnya menyebutkan, pada bulan Februari 2023 ada panen seluas 1,20 juta ha dengan perkiraan produksi 6,39 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara beras 3,68 juta ton.
Selanjutnya Maret 2023 seluas 1,70 juta ha dengan produksi 9,14 jt ton GKG atau setara beras 5,26 juta ton.
Dan April 2023 seluas 1,15 juta ha dengan produksi 6,09 juta ton GKG setara beras 3,51 juta ton.
"Kita berharap Bulog langsung menyerap hasil panen 1 juta hektar ini yang dimulai pada bulan Februari sebanyak 6,28 juta GKG, Maret itu 8,91 dan April 6 juta. Sekali lagi kita berharap ini bisa segera diserap dengan harga yang normal," kata Mentan dalam keterangan resmi dikutip Senin (27/3/2023).
Benarkah demikian?
Ternyata, menurut hasil Kerangka Sampel Area BPS amatan Februari 2023, update pada 21 Maret 2023, luas panen bulan Februari 2023 jauh dari angka tersebut.
Berdasarkan data KSA BPS tersebut, luas panen bulan Februari 2023 hanya 940 ribu ha. Memang, naik dari posisi Januari 2023 yang hanya 448.000 ha dan melonjak dari Februari 2022 yang tercatat hanya 767.000 ha.
Dengan demikian, produksi beras nasional bulan Februari 2023 hanya 2,86 juta ton. Sementara Januari 2023 hanya 1,33 juta ton.
Artinya, ada penyusutan sekitar 800.000 ton dari estimasi pemerintah yang sekitar 3,68 juta ton.
Apa pemicunya? Salah satunya adalah banjir akibat tingginya curah hujan di bulan Februari 2023. Di mana analisis BMKG menyebutkan curah hujan normal hingga di atas normal.
Akibatnya, 31 ribu ha lahan sawah mengalami gagal panen.
Dengan kondisi panen bulan Januari dan Februari 2023, sementara proyeksi konsumsi bulanan nasional mencapai 2,54 juta ton, pada bulan Januari 2023 RI mengalami defisit beras 1,2 juta ton dan bulan Februari 2023 surplus beras 320 ribu ton.
Sayangnya, pemerintah membutuhkan 630.000 ton beras untuk disalurkan sebagai bantuan sosial (bansos) pangan mulai Maret sampai Mei 2023. Targetnya, 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM), masing-masing 10 kg beras.
Sementara, stok CBP di gudang Bulog saat ini tak sampai 300.000 ton.
"Kalau jumlah CBP terbatas, pemerintah tidak lagi memiliki instrumen intervensi yang bisa digerakan setiap saat untuk mengoreksi kegagalan pasar. Penguasa dominan di pasar amat mungkin akan mendikte harga pasar. Ini tentu harus dicegah," kata Pengamat Pertanian Khudori kepada CNBC Indonesia, Senin (27/3/2023).
"Dalam konteks ini, impor bisa dipahami. Apalagi pengadaan dari dalam negeri tidak lagi memungkinkan, impor bisa jadi opsi. Yang harus dipastikan adalah jumlah impor harus terukur dan waktu kedatangannya jangan meleset," pungkasnya.
(dce/dce)