
Ini Industri yang Lagi Cuan Tinggi: "Buat Bayi"

Jakarta, CNCB Indonesia - Fenomen baru terjadi di dunia. Ini terkait industri baru yang sedang berkembang.
Bukan manufaktur atau energi seperti yang banyak menjadi andalan negara-negara. Ini terkait "membuat bayi".
Industri ini merujuk munculnya bisnis sewa rahim alias surogasi alias ibu pengganti. Para wanita menyewakan rahimnya, untuk mengurus janin orang tua tau pasangan lain sampai melahirkan.
Ini berbeda dari ibu pengganti altruistik, di mana seorang wanita secara sukarela melakukan kehamilan tanpa kompensasi apa pun selain penggantian medis. Biasanya disebut surogasi komersial.
Ini pun berbeda dengan surrogacy gestasional. Di mana ibu pengganti tidak memiliki hubungan biologis dengan anak.
Salah satunya, Dilara. Ia sudah beberapa bulan tingkat di Tbilisi, Georgia.
Awalnya ia mengerjakan berbagai jenis pekerjaan, mulai dari tata rambut, pembuatan sepatu, hingga pramusaji. Tapi kini, satu pekerjaan ia lakkan, yakni "menggendong bayi orang lain".
Dilara sesungguhnya adalah ibu empat anak. Berusia 34 tahun, ia sudah menjanda di negeri asal Uzbekistan.
"Saya memiliki hutang pinjaman dari bank dan saya memiliki empat anak yang harus diurus. Mereka punya sekolah, mereka punya biaya, Anda tahu. Saya sendiri susah," katanya menjelaskan alasannya terjun, mengutip CNBC International, Rabu (8/3/2023).
Sebenarnya di beberapa negara aturan soal bisnis ini bervariasi. Di Amerika Serikat (AS), praktik ini diizinkan di beberapa negara bagian tetapi dilarang di negara lain.
Sedangkan di Kanada dan Inggris, hanya surrogacy altruistik yang diizinkan. Di Georgia, sementara di Ukraina dan Rusia, kedua bentuk itu legal.
Dilara bukan sendiri. Dari data yang ada, menurut riset pasar Global Market Insights, ada banyak wanita melakukan pekerjaan ini sebagai sumber pendapatan di tengah permintaan global yang meningkat.
Dalam catatan lembaga itu, industri surrogacy komersial global bernilai sekitar US$14 miliar (Rp 210 triliun) pada tahun 2022. Meskipun angka pastinya sulit diverifikasi mengingat sifat terkadang "sangat rahasia".
Pada tahun 2032, angka itu diperkirakan akan meningkat menjadi US$129 miliar. Salah satu pendorongnya adalah masalah infertilitas yang meningkat, semakin banyak pasangan sesama jenis serta orang lajang mencari cara untuk memiliki bayi.
Banyaknya konsumen juga datang dari negara kaya. Rata-rata mereka bertransaksi di luar negara asal untuk menghindari daftar tunggu yang panjang atau biaya yang lebih tinggi di negara asal atau karena undang-undang domestik melarangnya.
"Pandemi mengurangi ibu pengganti internasional, tetapi kami sekarang melihat semua permintaan yang terpendam," kata pakar Sam Everingham, yang merupakan direktur global Growing Families, Sydney.
"Faktor pendorong utama, (maraknya bisnis surogasi) adalah motivasi finansial di baliknya," Olga Pysana, mitra di lembaga ibu pengganti Ukraina World Center of Baby.
Harga
Sebenarnya AS diketahui menjadi pusat bisnis yang terbesar di dunia. Disusul kemudian Ukraina.
Namun perang yang dilancarkan Rusia mengubah segalanya. Konflik tersebut mendorong industri tersebut ke negara-negara seperti Georgia di dekatnya, di mana undang-undang tersebut sangat mirip dengan Ukraina.
Ini juga mengalami lonjakan di negara Amerika Tengah dan Latin. Salah satunya Meksiko.
Di Georgia, seperti di Ukraina, program surogasi komersial menelan biaya sekitar US$ 40.000 (Rp 615 juta) - US$ 50.000 (Rp 770 juta). Sementara di Meksiko biayanya sekitar US$ 60.000 (Rp 923 juta) - US$ 70.000 (Rp 1,077 miliar). Biaya itu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata US$ 120.000 (Rp 1,8 miliar) di AS.
"Di sini, di Meksiko, kami kembali mengalami ledakan seputar surogasi, karena Ukraina ditutup," kata kepala eksekutif dan pendiri Egg Donors Miracles, agen kesuburan yang berbasis di Cancun, Ernesto Noriega.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Lagi Pusing 'Resesi Seks', Bisnis Sewa Rahim Kian Subur
