Internasional

Xi Jinping Tak Main-Main Tantang Duel AS, Ini Biang Keroknya

Thea Fathanah Arbar & sef, CNBC Indonesia
08 March 2023 07:40
15 November 2022, Indonesia, Nusa Dua: Xi Jinping, President of the People's Republic of China, arrives at the G20 Summit. The group of the G20, the strongest industrialized nations and emerging economies, meets for two days on the Indonesian island of Bali. Photo: Kay Nietfeld/dpa (Photo by Kay Nietfeld/picture alliance via Getty Images)
Foto: (Getty I/picture alliance)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan AS dan China benar-benar tengah panas. Presiden China Xi Jinping dilaporkan telah mengeluarkan pernyataan keras yang ditujukan langsung kepada Amerika Serikat (AS) dan sekutu Baratnya.

"China harus memiliki keberanian untuk melawan," papar pria 69 tahun itu dalam forum Kongres Rakyat Nasional (NPC) dikutip AFP, Selasa (7/3/2023).

"Karena negara menghadapi perubahan besar dan kompleks baik dalam lanskap domestik dan internasional," tambahnya.

Xi pun menyebut secara terang-terangan AS telah menerapkan penahanan, pengepungan, dan penindasan menyeluruh terhadap China. Beijing sendiri masih melakukan kongres NPC hingga 18 Maret.

Apa Penyebabnya?

Hal ini bukan karena perang Rusia-Ukraina atau konflik Taiwan. Namun karena tindakan AS yang membatasi akses ekspor perdagangan semikonduktor dengan Beijing atas dasar keamanan nasional.

Diketahui tindakan AS tersebut telah dilakukan sejak akhir 2022 dan makin nyata di awal 2023. AS pun mengajak sekutunya, seperti Jepang dan Belanda untuk berlaku sama.

Ketiganya, membatasi akses perdagangan semikonduktor dengan Beijing atas dasar keamanan nasional. Pelarangan diperkirakan akan berpengaruh pada cip berukuran 14 nanometer tau lebih ke China.

"Cina dengan tegas menentangya karena praktik semacam itu tidak melayani kepentingan siapa pun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Mao Ning di Beijing, Januari lalu.

Ia menganggap AS telah menyalahgunakan pengendalian ekspor dengan memaksa beberapa negara membentuk blok kecil untuk menghalangi Cina. AS, tegasnya, juga telah memolitisasi masalah teknologi dan perdagangan guna mempertahankan hegemoninya.

"Mereka menggoyahkan industri global dan rantai pasokan sehingga menimbulkan kekhawatiran global," tambahnya.

"Para pelaku bisnis beranggapan penyalahgunaan kontrol ekspor akan menciptakan gangguan dan berpengaruh terhadap efisiensi dan inovasi," ucapnya.

China sendiri diketahui telah melaporkan hal ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Hal sama juga dikatakan Juru Bicara Kemlu lain, Qin Gang dalam pernyataan terbaru kemarin. Ia secara terang-terangan mengklaim AS berniat mengalahkan China.

Alih-alih konflik militer, Qin menyebut konflik yang sedang dibangun Negeri Paman Sam adalah zero-sum game. Artinya satu pihak menang dan pihak sebelahnya mati.

"Jika AS tidak menginjak rem tetapi terus mempercepat jalan yang salah, tidak ada pagar pembatas yang dapat mencegah tergelincirnya rel, dan pasti akan ada konflik dan konfrontasi," paparnya.

Berjanji Meningkatkan Kapasitas Sendiri

Sementara itu, Xi Jinping sebenarnya telah berjanji untuk meningkatkan kapasitas China. Menurutnya negara itu harus mampu menjaga dirinya sendiri.

"Saya selalu mengatakan ada dua bidang penting bagi China: satu untuk melindungi mangkuk nasi kita, dan yang lainnya untuk membangun sektor manufaktur yang kuat," kata di NPC

"Sebagai negara besar dengan 1,4 miliar orang, kita harus mengandalkan diri kita sendiri... Kita tidak dapat bergantung pada pasar internasional untuk menyelamatkan kita," tambahnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Beri Sinyal 'Benci tapi Rindu' pada China, Seperti Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular