Internasional

7 Fakta Baru Perang: 'Sumpah' Ukraina hingga Rusia-China-NATO

sef & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 March 2023 10:00
Pemandangan situs saat upaya pencarian dan penyelamatan berlanjut di puing-puing bangunan setelah serangan rudal pasukan Rusia, pada 02 Maret 2023 di Zaporizhzhia, Ukraina. Sedikitnya empat orang tewas dan delapan lainnya luka-luka dalam serangan rudal di wilayah tenggara Zaporizhzhia, Ukraina, Kamis pagi. Sebuah roket yang ditembakkan oleh militer Rusia menghantam gedung berlantai lima, kata Kepolisian Nasional Ukraina dalam sebuah pernyataan. (Mustafa Ciftci/Anadolu Agency via Getty Images)
Foto: Ukraina. (Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah fakta terbaru terjadi di perang Rusia dan Ukraina yang masih berkecambuk hingga kini. Selain pertempuran yang makin sengit di wilayah Bakhmut, Ukraina Timur, berikut beberapa fakta baru dirangkum CNBC Indonesia

1.'Sumpah' Ukraina

Ukraina bersumpah masih terus melawan Rusia di Bakhmut. Meski media belah pihak dilaporkan sudah habis-habisan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tetap bersumpah mempertahankan wilayah itu.

"Ukraina telah berjanji untuk melanjutkan pertahanan kota di area Donets itu. Termasuk mengirim bala bantuan ke tempat terpanas dalam perang tersebut," kata Presiden Volodymyr Zelenskyy.

Dalam wawancara dengan CNN International, Zelensky menegaskan Rusia bisa masuk lebih dalam ke Ukraina, jika Bakhmut jatuh. Karenanya pemerintahnya akan habis-habisan di sana.

"Kami memahami bahwa setelah Bakhmut mereka bisa melangkah lebih jauh. Mereka bisa pergi ke Kramatorsk, mereka bisa pergi ke Sloviansk, itu akan menjadi jalan terbuka bagi Rusia setelah Bakhmut ke kota-kota lain di Ukraina," kata Zelensky.

"Itu sebabnya orang-orang kami berdiri di sana," tambahnya.

"Rusia membutuhkan kemenangan, kemenangan kecil, bahkan dengan menghancurkan segalanya di Bakhmut dengan membunuh setiap warga sipil di sana," kata Zelensky lagi.

2.China Pasok Senjata ke Rusia?

China disebut akan membantu memberikan senjata ke Rusia di perang Ukraina oleh Amerika Serikat (AS). Namun dalam pernyataan baru Paman Sam sendiri menyatakan China belum memasok Moskow dengan senjata untuk perang.

"China punya pilihan untuk dibuat di sini," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.

Kirby mengatakan bahwa langkah-langkah sanksi tambahan akan dibahas di atas meja antara Presiden AS Joe Biden dan Komisi Eropa Ursula von der Leyen selama kunjungannya ke Washington minggu ini. Tetapi ia menolak untuk berspekulasi tentang China.

"Berharap China tidak membuat lebih mudah bagi (Presiden Rusia) Putin untuk membunuh warga Ukraina yang tidak bersalah," tegasnya.

3.Ekspor Pangan Ukraina

Sementara itu, organisasi yang mengawasi ekspor produk pertanian dari Ukraina mengatakan sejauh ini lebih dari 781 kapal telah mengangkut 22,9 juta metrik ton barang. Sebelum invasi besar-besaran Moskow ke tetangga bekas Sovietnya tahun lalu, Ukraina dan Rusia menyumbang hampir seperempat dari ekspor biji-bijian global.

Pengiriman itu terhenti parah selama hampir enam bulan. Namun perjanjian "Inisiatif Butir Laut Hitam"- sebuah kesepakatan yang ditengahi pada bulan Juli antara Ukraina, Rusia, Turki, dan PBB- meredakan blokade laut Rusia dan membuka kembali tiga pelabuhan utama Ukraina.

4. 8 Juta Warga Ukraina Mengungsi

Data terbaru ini dikeluarkan Badan Pengungsi PBB menyebut lebih dari 8,1 juta warga Ukraina telah menjadi pengungsi dan pindah ke negara tetangga sejak Rusia menyerang akhir Februari tahun lalu. Dari data, hampir 5 juta dari orang-orang tersebut telah mengajukan status penduduk sementara di negara-negara tetangga Eropa Barat

"Eskalasi konflik di Ukraina telah menyebabkan korban sipil dan kehancuran infrastruktur sipil, memaksa orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari keselamatan, perlindungan, dan bantuan," kata badan itu.

6. Sabotase Pesawat Rusia

Di sisi lain, sekutu dekat Rusia yakni Belarusia, mengatakan telah menahan "kelompok teroris" yang mereka tuduh bekerja atas nama Ukraina untuk menyabotase pesawat Rusia. Ini terjadi di pangkalan udara dekat ibu kota Belarusia, Minsk.

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa kelompok itu bekerja atas perintah dinas intelijen Ukraina dan AS. Sejauh ini lebih dari 20 orang telah ditangkap.

"Dinas Keamanan Ukraina, pimpinan CIA, secara tertutup, sedang melakukan operasi melawan Republik Belarus. Seorang teroris dilatih," kata Lukashenko Selasa, menurut media pemerintah.

7.Pernyataan Baru NATO

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg monegasken dukungan penuh aliansi ke Ukraina. Hal ini ditegaskannya saat bertemu Presiden Albania Bajram Begaj yang menjanjikan dana tambahan untuk Ukraina.

"Putin meluncurkan serangan baru dan gelombang serangan rudal yang mematikan," kata Stoltenberg dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan Begaj.

"Tanggapannya, kita harus terus memberikan Ukraina apa yang mereka butuhkan untuk menang," tegasnya,

"Kita harus melanjutkan dukungan selama diperlukan."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Serang Ukraina Besar-besaran! Tembak 81 Rudal, 8 Drone

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular