Kasih Karpet Merah! Eksportir Siap Bawa Balik Dolar ke RI

Hadijah Alaydrus, CNBC Indonesia
03 March 2023 10:35
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) menyambut baik instrumen operasi moneter Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE).

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) meluncurkan instrumen ini untuk menarik pulang devisa hasil ekspor yang selama ini parkir di luar negeri, terutama di Singapura. Dengan skema TD Valas DHE ini, dikutip dari Bahana Sekuritas, suku bunga deposito valas yang diberikan BI berkisar antara 4,6% - 5,2% dengan tenor satu sampai enam bulan.

Suku bunga tersebut lebih tinggi dari yang diberikan perbankan Singapura di kisaran 4,12% - 4,68%.

Ketua Umum GPEI Benny Soetrisno mengungkapkan bahwa mengikuti aturan yang dibuat pemerintah dan instansi terkait untuk menempatkan devisa di dalam negeri.

"Kalau ini peraturan Pemerintah, pengusaha akan mengikuti dong," ungkapnya. Benny menilai penawaran BI cukup menarik bagi eksportir. "Lumayan dibanding sekarang masih di bawah 2%," tegas Benny.

Terkait dengan tren suku bunga simpanan di luar yang mengalami tren kenaikan, dia hanya berharap bahwa BI dan perbankan bisa memberikan penawaran bunga yang bersaing.

Sebelumnya, Bahana Sekuritas menuturkan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa instrumen instrumen valas BI yang baru akan menjadi game changer untuk membalikkan pasokan dolar di Tanah Air dalam waktu dekat.

"Karena suku bunga jangka pendek di AS dan Eropa masih dalam perjalanan naik, kemungkinan besar eksportir Indonesia akan tetap menunggu dan melihat sampai suku bunga stabil yaitu, ketika investor memiliki kejelasan yang lebih besar tentang prospek inflasi global dan moneter," papar Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria P. Sambijantoro dan timnya, dikutip Jumat (3/3/2023).

Dari sisi inflasi, pada Desember tahun lalu, inflasi global masih berada pada kisaran 9,2%, dan BI memperkirakan tingkatnya akan melandai hingga 5,2% pada 2023.

"Kemudian akan menurun 3,8% pada tahun depan (2024). Ini memang laju inflasi yang tidak normal," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eksportir Bingung Taruh Uang di RI, Instrumen Dolar AS Minim

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular