Bukan Harga BBM, Ini Biang Kerok Harga Beras Masih Menggila
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga beras hari ini, Rabu (1/3/2023) dilaporkan masih bergerak di Rp11.810 per kg untuk jenis medium dan Rp13.510 per kg untuk jenis premium. Harga tersebut rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran, mengutip Panel Harga Badan Pangan, Rabu (1/3/2023 pukul 13.20 WIB).
Harga beras saat ini masih dalam tren naik, bahkan masih lebih mahal dibandingkan harga tertinggi tahun 2022.
Pada Januari-Februari 2023, harga beras rata-rata nasional di pengecer adalah Rp11.550 per kg, lalu naik jadi Rp11.770 per kg untuk jenis medium.
Tahun 2022 lalu di bulan sama, harga beras medium secara berturut adalah Rp10.830, lalu turun ke Rp10.810 per kg.
Tren serupa terjadi pada beras premium. Di mana, harga beras pada Januari-Februari 2023 adalah Rp13.140 per kg, lalu naik jadi Rp13.420 per kg.
Untuk jenis yang sama, harga pada Januari-Februari 2022 adalah Rp12.350 per kg, lalu turun jadi Rp12.310 per kg.
Sementara, harga tertinggi beras tahun 2022 adalah Rp11.340 per kg untuk medium dan Rp12.910 per kg untuk premium.
Data tersebut menunjukkan harga beras di bulan Februari tahun 2022 justru turun dibandingkan Januari 2022. Berbeda dengan tahun ini yang justru semakin naik.
Biang Kerok
Lalu apa pemicu pergerakan harga beras yang masih terus menanjak? Apakah masih efek domino kenaikan harga BBM bersubsidi sejak September 2022 lalu?
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini pun menjelaskan, hal itu disebabkan efek domino curah hujan yang masih tinggi di bulan Februari 2023.
Meski, lanjutnya, di satu sisi ada estimasi kenaikan luas panen dan produksi gabah untuk Februari 2023 dibandingkan Januari 2023. Di mana potensi luas panen dan produksi beras diprediksi mencapai 450 ribu ha, lalu naik jadi 1,20 juta ha. Yang akan memicu kenaikan produksi beras dari 1,33 juta ton ke 3,68 juta ton.
"Secara produksi memang gabah berpotensi naik. Namun mengingat curah hujan yang masih tinggi di bulan Februari, maka gabah yang dipanen ini kualitasnya tidak baik," jelas Pudji.
"Sehingga pihak penggilingan harus mengeluarkan angka produksi (biaya produksi) yang lebih tinggi. Untuk mengeringkan gabah, cost naik. Ongkos produksi yang naik kemudian dibebankan ke harag jual beras," lanjut Pudji.
Dia juga memperingkatkan, curah hujan yang tinggi bisa memengaruhi hasil panen Februari 2023.
"Kenaikan produksi di bulan Februari 2023 terjadi karena adanya pertambahan luas fase generatif (masa pertumbuhan) padi di bulan Januari 2023. Yang kemudian jadi peluang untuk kenaikan panen di Februari 2023," kata Pudji.
"Tapi, perlu kehati-hatian karena saat ini cuaca cukup dinamis perubahannya. Kondisi ini bisa berpengaruh terhadap panen Februari 2023," kata Pudji.
Sementara itu, Statistisi Ahli Madya Direktorat Statistik Harga BPS Firman menambahkan, kenaikan harga beras saat ini bukan lagi dipengaruhi efek domino kenaikan harga BBM.
"Mungkin sekarang udah nggak ya. Udah nggak ada pengaruhnya," kata Firman.
Sebelumnya, Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso mengatakan, kenaikan harga beras saat ini terjadi karena efek musiman, sesuai pola panen. Di mana, mulai bulan Agustus sampai dengan Februrari, produksi di bawah kebutuhan bulanan.
"Pemerintah lambat mengantisipasi. Ada kenaikan harga BBM dan fleksibilitas harga pembelian," kata Sutarto.
(dce/dce)