Macro Insight

Perkara Tabungan Naik Rp690 T, Kok Gak Boleh Pak Jokowi?

Tim Riset, CNBC Indonesia
Jumat, 24/02/2023 06:20 WIB
Foto: foto/ Usai G20, Presiden Jokowi Blusukan ke Pasar Badung/Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
  • Jokowi meminta semua pihak dorong masyarakat untuk lebih giat berbelanja
  • Simpanan masyarakat di perbankan terus meningkat di tengah mulai lesunya konsumsi rumah tangga
  • Kenaikan harga-harga juga membuat masyarakat membatasi konsumsi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai khawatir dengan sikap masyarakat yang memilih untuk menahan belanja dan menyimpan uang di perbankan. Presiden pun meminta semua pihak untuk mendorong masyarakat semakin gemar belanja, khususnya kepada Kepala Daerah.

Jokowi menjelaskan belanja masyarakat saat ini sangat diperlukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Rumusnya justru kita mendorong masyarakat untuk belanja. Bukan hemat sekarang ini karena kita membuat agar pertumbuhan ekonomi terjaga kalau bisa naik," tutur Jokowi, saat memberikan pengarahan kepada Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) di Balikpapan, Kamis (23/2/2023).


Seperti diketahui, konsumsi masyarakat berkontribusi sekitar 53-56% terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, data Badan Pusat Statistik (BPS) justru menunjukkan pertumbuhan konsumsi masih lesu.  Sebaliknya, simpanan masyarakat di perbankan menggunung.

Jokowi mengingatkan belanja masyarakat tidak hanya makan dan minum tetapi juga menonton konser hingga membeli baju.

Dia berharap pihak berwenang mempermudah dan mempercepat izin konser atau event lain sehingga penarikan dana dari bank ke konsumsi semakin lancar.

"(Simpanan di bank) Dibelanjakan ngga papa. Untuk nonton konser, nonton bola. Biar masyarakat spending. Untuk makan di warung atau PKL," imbuhnya.

Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memang mencatat ada kenaikan cukup signifikan pada simpanan masyarakat di bank sejak pandemi.

Per Desember 2022, simpanan di bank mencapai Rp 8.202,92 triliun. Angka tersebut meningkat Rp 656,55 triliun atau 8,7% dibandingkan setahun sebelumnya.

Simpanan termasuk tabungan senilai Rp 2.620, 05 triliun, deposito sebesar Rp 2.938,63 triliun, dan sertifikat dan deposito senilai Rp 3.782 triliun.

Pada awal pandemi Covid-19, simpanan di perbankan meningkat Rp 659,89 triliun menjadi Rp 6.737,2 triliun per Desember 2020. Simpanan melonjak Rp 809,18 triliun menjadi Rp 7.5546,38 triliun per Desember 2021.

Melonjaknya simpanan di bank karena masyarakat, terutama kelas menengah, banyak yang menahan belanja. Pasalnya, sejak awal 2020, Indonesia dan dunia masih berjuang melawan pandemi Covid-19.

Pada 2020, hampir seluruh dunia juga memberlakukan lockdown serta pembatasan mobilitas secara ketat. Indonesia pun melakukan pemberlakuan pembatasan yang sangat ketat hingga awal 2022.

Pembatasan-pembatasan tersebut tentu saja membuat aktivitas belanja masyarakat berkurang.

Pada akhir 2020, kasus Covid-19 di Indonesia sebetulnya melandai. Namun, masuknya varian Delta pada Mei 2021 membuat Indonesia harus memberlakukan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Pembatasan PPKM Darurat yang kemudian berganti menjadi PPKM Level (sesuai tingkatan) sangat menentukan mobilitas dan aktivitas belanja masyarakat.

Pada pemberlakuan PPKM Level 4, misalnya, mall hingga bioskop tidak boleh beroperasi. Untuk tempat makan, hanya kategori tertentu yang boleh dibuka itupun dengan kapasitas sangat terbatas.


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tarif Impor AS Resmi Naik 50% - Tabungan Ideal Saat Umur 50

Pages