Energy & Mining Outlook 2023

2 Industri Ini Pegang Kunci Hilirisasi Timah, Apa Saja?

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
23 February 2023 13:50
Gugatan di WTO Hingga Investasi “Hambat” Hilirisasi, RI Kuat Hadapi? (CNBC Indonesia TV)
Foto: Gugatan di WTO Hingga Investasi “Hambat” Hilirisasi, RI Kuat Hadapi? (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia terus mendorong hilirisasi barang tambang, tidak terkecuali timah. Adapun kesuksesan hilirisasi timah tergantung dengan industri penggunanya, yakni elektronika dan kendaraan listrik.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto bilang, kunci sukses hilirisasi adalah konsistensi kebijakan. Dia menyebut, pemerintah konsisten mendorong hilirisasi lewat penyetopan ekspor bijih nikel. Hal serupa pun berlaku untuk timah.

Hal tersebut tentunya dilakukan untuk mendorong nilai tambah barang tambang tidak hanya melulu sebagai bahan mentah siap ekspor. Namun demikian, proses hilirisasi tentu bergantung erat dengan kebijakan industrinya, terhadap produk-produk terkait sehingga perlu didorong semakin kompetitif.

"Kalau timah sebagian besar untuk solder 50%, untuk elektronika. Sama juga yang sedang kita lakukan pada nikel, untuk battery cell atau battery pack dibangun dekat pabrik mobil," tutur Seto dalam CNBC Indonesia Energy & Mining Outlook di Jakarta, Kamis (23/2/2023).

Keterkaitan timah dengan nikel atau produk baterai pun dinilainya cukup erat, terutama dalam produk kendaraan listrik, di mana banyak pemanfaatan timah dalam perangkat elektroniknya. Seto melihat apabila hal ini bisa dilakukan maka demand akan meningkat. "Sekarang semua negara mau ngikut Indonesia, mereka lihat value added kita. Demand dalam negeri akan meningkat, sama seperti China, produsen nomor 1, cadangan nomor 1," tukasnya.

Ekosistem dan industri kendaraan listrik pun menjadi kunci utama dalam hilirisasi timah dan barang tambang lainnya seperti nikel, tembaga dan alumunium. Pemerintah pun gencar berupaya menarik masuk investor dan produsen kendaraan listrik ke Tanah Air. Hal ini tentunya untuk mendorong ekosistem bergeliat sehingga permintaan akan timah dalam konteks hilirisasi bisa dijaga.

"Misal kenapa kita dorong ekosistem EV (kendaraan listrik), kenapa dorong Tesla di Indonesia. Kenapa demand EV dalam negeri harus didorong dengan insentif? Karena sederhana, kalau mau bikin pabrik baterai dari lithium itu harus ada pengguna akhirnya dulu. Ya mobil atau motor listrik. Negosiasi sama Tesla masih berjalan," terang Seto.

Untuk mempercepat perkembangan ekosistem kendaraan listrik pemerintah bahkan telah siap memberikan insentif Rp 7 juta untuk motor listrik. Hal ini dilakukan untuk mempercepat masa transisi masyarakat dari penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Live Now! Buka-Bukaan Soal Hilirisasi & Ketahanan Energi RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular