Macro Insight

Lapor Pak Jokowi! Kantong Warga RI Kering, Butuh 'Vitamin'

Tim Riset, CNBC Indonesia
20 February 2023 14:00
Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Wonokromo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada Sabtu, 18 Februari 2023, untuk mengecek harga bahan pangan seperti beras, minyak goreng, dan telur. Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr.
Foto: Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Wonokromo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada Sabtu, 18 Februari 2023, untuk mengecek harga bahan pangan seperti beras, minyak goreng, dan telur. Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr.
  • Konsumsi masyarakat Indonesia terus melandai
  • Sinyal perlambatan konsumsi terlihat dari volume belanja dan proporsi belanja dari pendapatan
  • Belanja masyarakat untuk peralatan rumah tangga terus turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia melambat cukup tajam pada kuartal IV-2022. Laju konsumsi masyarakat kelas bawah diperkirakan belum pulih hingga awal tahun ini.

Konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,48% (year on year/yoy) pada kuartal IV-2022. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada kuartal III-2022 yakni 5,39% (yoy).

Melambatnya konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2022 ini tidak biasa. Pasalnya, konsumsi pada kuartal tersebut biasanya melonjak karena ada perayaan Hari Natal dan tahun baru.

Mulai melambatnya pertumbuhan konsumsi menjadi sinyal bahaya bagi tanda-tanda melandainya ekonomi. Sinyal perlambatan mulai terlihat pada beberapa hal, di antaranya:


1. Pengeluaran masyarakat tertekan harga BBM


Pertumbuhan konsumsi paling tajam pada kuartal IV-2022 terjadi pada pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya. Kelompok pengeluaran tersebut hanya tumbuh 2,04% (yoy).

Melemahnya pertumbuhan rendah lain adalah transportasi dan komunikasi. Kelompok tersebut hanya tumbuh 8,05% (yoy) sementara pada kuartal III-2022 pada tumbuh 12,87%.

Kenaikan harga BBM subsidi pada September 2022 dan lonjakan inflasi membuat banyak masyarakat menahan belanja bahkan pada akhir tahun.

Sebagai catatan, inflasi Indonesia melonjak September 2022 dan menyentuh 1,17% (month to month) dan 5,95% (year on year/yoy). Level tersebut adalah yang tertinggi sejak Desember 2014 atau tujuh tahun lebih.



2. Volume belanja terus turun

Data Mandiri Spending Index menunjukkan nilai belanja pada akhir Januari 2023 ada di kisaran 131,7 atau lebih rendah dibandingkan akhir Desember 2022 yang tercatat 147,8.

Frekuensi belanja orang ada di angka 157,9 pada akhir Januari 2023, dari 176,7 pada akhir Desember 2022.

Mandiri Spending Index juga menunjukkan nilai belanja dan volume belanja terus turun.  Pada Januari, volume belanja bahkan terkontraksi 5,1%.

Mandiri Spending Index juga menunjukkan penjualan di department stores, supermarkets, dan restoran mulai melandai setelah akhir tahun meskipun retail masih stabil.

Data yang sama memperlihatkan konsumsi masyarakat untuk peralatan rumah tangga, fashion, serta ritel terus turun.

Penjualan daging ayam di pasar Mawar, Kota Bogor, Senin (5/9/22). (CNBC Indonesia/ Ferry Sandi)Foto: Penjualan daging ayam di pasar Mawar, Kota Bogor, Senin (5/9/22). (CNBC Indonesia/ Ferry Sandi)
Penjualan daging ayam di pasar Mawar, Kota Bogor, Senin (5/9/22). (CNBC Indonesia/ Ferry Sandi)

 

"Pertumbuhan belanja (tahunan) masih melambat pada awal tahun ini. Secara nilai memang naik tetapi secara volume turun. Harga yang lebih mahal membuat nilai belanja naik tetapi tidak di volume," tulis Bank Mandiri dalam laporannya Brief on Latest Consumer Spending edisi Januari.

Survei penjualan eceran Bank Indonesia menunjukkan penjualan suku cadang dan aksesori anjok 7,4 (yoy).

Penjualan perlengkapan rumah tangga lainnya serta perlatan informasi dan komunikasi bahkan sudah terkontraksi selama 11 bulan beruntun (yoy).

3. Semakin sedikit pendapatan yang disisihkan untuk belanja

Survei Bank Indonesia mengenai Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) menunjukkan semua kelompok pendapatan memilih untuk mengerem belanja.

Rata-rata proporsi belanja masyarakat pada Januari 2023 turun menjadi 73,6% dari 75,6% pada Desember 2022.

Masyarakat mengeluarkan lebih pendapatan mereka untuk membayar cicilan. Proporsi penghasilan yang disisihkan untuk membayar cicilan naik menjadi 9,7% pada Januari 2023, dari 9,2% pada Desember 2022.

Pada kelompok berpendapatan Rp 1-2 juta memilih menyisihkan 75% untuk konsumsi, 7,9% untuk membayar cicilan pinjaman, dan 17,2% untuk tabungan pada Januari 2023.

Jumlah konsumsi turun jauh dibandingkan pada Desember 2022 di mana porsi konsumsi sebesar 75,5%, pembayaran cicial  8,8% dan tabungan 15,7%.


Konsumsi untuk masyarakat berpendapatan Rp 2,1-3 juta juga terus menurun. Proporsi belanja mereka turun ke 74,9% pada Januari 2023 dari 75,2% pada Desember.

Masyarakat berpenghasilan Rp 3.1-4 juta menurunkan proporsi belanja mereka menjadi 71,7% pada Januari 2023 dari 73,9% pada Desember 2022.

Masyarakat berpendapatan Rp 4,1-5 juta juga menurunkan proporsi belanja mereka. Dari seluruh penghasilan, 69,4% disisikan untuk belanja pada Januari 2023. Jumlah tersebut turun jauh dibandingkan Desember (72,1%).

Masyarakat kelas menengah juga terus menurunkan proporsi belanja sementara pembayaran cicilan naik.  Pada Januari 2023, proporsi belanja menjadi 65,4% dari sebelumnya 68,4% pada Desember 2022.

Proporsi pembayaran cicilan naik menjadi 16% pada Januari 2023 dari 13,7% pada Desember 2022.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular