Duh! Proyek Kereta Cepat Tambah Utang Baru, Ini Kata Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara soal pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung) yang akan menambah utang bagi Indonesia.

Seperti diketahui, Indonesia dan China baru saja menyepakati besaran pembengkakan biaya proyek ini sebesar US$1,2 miliar atau sekitar Rp18,2 triliun. Lebih rendah dari taksiran BPKP yang mencapai US$1,4 miliar.

Untuk menambal pembengkakan biaya itu, baik Indonesia maupun China menanggung beban masing-masing 60 dan 40 persen. Di mana Indonesia akan kebagian beban sekitar US$597 juta. Kini, pemerintah tengah berusaha mencari utangan kepada China Development Bank.

"Kita ini harus pro kepada transportasi massal. Hati-hati, jangan pro pada kendaraan pribadi. Meski ini di IIMS (Indonesia International Motor Show), pro pada transportasi massal," kata Jokowi kepada wartawan.

Baca: Akhirnya RI-China Sepakat, Simak Fakta-fakta KA Cepat JKT-BDG

Hal itu disampaikan usai membuka penyelenggaraan IIMS 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (16/2/2023) saat ditanya terkait hutang baru kereta cepat.

"MRT, LRT, kereta api, kereta api cepat menjadi sebuah keharusan bagi kota besar agar moda transportasi terintegrasi di dalam kota maupun dari kota ke kota, sehingga orang tidak cenderung mobil pribadi," tambah Jokowi.

Dalam pidatonya, Jokowi memang menyoroti kemacetan yang kini semakin parah, dan tak hanya terjadi di Jakarta. Karena itu, Jokowi mengimbau, industri mobil di dalam negeri berorientasi ekspor.

"Supaya tidak macet saya mengajak seluruh industri otomotif untuk lebih berorientasi pada ekspor. Saya ucapkan terima kasih ke industri otomotif yang sudah meningkatkan ekspor. Tapi kita masih kalah dengan Thailand. saya ingin dorong lagi ekspornya semakin tinggi dan naik setiap tahunnya," kata Jokowi.

Baca: Jreng! RI Mau Ngutang US$ 600-an Juta ke Bank China, Ada Apa?

Drama Kereta Cepat

Pembengkakan biaya proyek ini merupakan satu dari sekian drama dalam pembangunan kereta cepat yang diklaim akan mempersingkat jarak tempuh Jakarta-Bandung tak sampai sejam.

Pilihan investor proyek ini jatuh ke China setelah melewati tarik ulur. Kemenangan China karena akan menekan biaya proyek ini lebih murah menjadi US$5,13 miliar. Namun, kemudian angka itu berubah menjadi US$6,07 miliar, lalu jadi US$7,5 miliar atau setara Rp117,75 triliun (kurs Rp15.700). Memang, masih di bawah taksiran Jepang yang mencapai Rp245 triliun.

Setelah terancam mandek akibat pembengkakan biaya, kini pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dilanjutkan. Dengan sokongan biaya PMN yang dikantongi PT KAI (Persero) dan rencana utang baru ke bank China.

Foto: Pekerja dengan menggunakan alat berat melakukan bongkar muat Electric Multiple Unit (EMU) atau kereta untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (2/8/2022). (CNBC Indoensia/Andrean Kristianto)

Baca: Ketipu China? Kereta Cepat Awalnya Murah, Kini Proyek Bengkak

Progres pembangunannya per Januari ini sudah mencapai 84%, dan ditargetkan beroperasi pada Juli 2023 mendatang berbarengan dengan pengoperasian Light Rapid Transit (LRT).

Selain itu, mengutip Instagram @keretacepat_id pemasangan rel di jalur KCJB juga sudah mencapai 110,68 kilometer dengan jumlah keseluruhan batang rel yang perlu disambung mencapai 11 ribu. Adapun progres keseluruhan rel yang terpasang mencapai 36,30%.

Namun, Indonesia terpaksa harus mengalah ke Laos yang akhirnya meraih gelar negara dengan kereta cepat pertama di Asean.

Laos sudah memperkenalkan kereta cepat pertama di kawasan Asia Tenggara pada (6/12/2021) lalu dengan panjang mencapai 414 kilometer yang menghubungkan kota di perbatasan China Boten ke ibu kota Laos Vientiane.

(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Akhirnya RI-China Sepakat, Simak Fakta-fakta KA Cepat JKT-BDG