Ternyata Viral Tak Jaminan, Warunk Upnormal Kini Bertumbangan

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
16 February 2023 09:40
Suasana salah satu Gerai makanan Warunk Upnormal yang tutup di Kawasan Depok, Jawa Barat, Selasa (7/2/2023). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana salah satu Gerai makanan Warunk Upnormal yang tutup di Kawasan Depok, Jawa Barat, Selasa (7/2/2023). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Warunk Upnormal belakangan kembali jadi perbincangan hangat. Bukan karena restoran tersebut kembali memunculkan sebuah inovasi baru, melainkan karena nasibnya di ujung tanduk.

Setelah sempat viral jadi tempat nongkrong, kini terpantau gerai-gerai Warunk Upnormal bertumbangan, bahkan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK). Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, gerai-gerai Warunk Upnormal yang sudah tutup permanen tersebar, seperti Bogor, Palembang, Cirebon, Lampung Jambi, Semarang, Banjarmasin, Tegal, Jatinangor, Sumenep, Gresik, Mojokerto, Purwokerto, Seturan (DIY), Gejayan (DIY), Cinere, Cimindi, Makassar, dan untuk di wilayah bandung ada Buah Batu dan Kopo.

"Hai kak, untuk cabang outlet Palembang sudah ditutup permanent kak ^A1," tulis akun media sosial resmi @warunk_upnormal yang mengonfirmasi pertanyaan netizen, dikutip Kamis (16/2/2023).

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyebutkan, situasi saat ini sedikit rumit untuk bisnis perhotelan dan restoran. Sebab, permasalahan dari peningkatan traffic tidak diikuti kenaikan pendapatan.

Selain itu, biaya operasional terus naik seiring dengan meningkatnya traffic. Namun, kata dia, jika tak diikuti kenaikan pendapatan, usaha restoran kemudian bisa jadi gulung tikar hingga menutup gerainya.

"Bahwa peningkatan traffic yang ada terjadi saat ini, juga diiringi dengan peningkatan biaya operasional. Masalah energinya (listrik dan air), (biaya) dari perizinan, belum lagi terkait masalah upah minimum juga kan meningkat semua itu. Nah itu dari sisi pendapatan belum bisa dikatakan (meningkat)," kata Maulana kepada CNBC Indonesia.

Permasalahan lainnya, lanjut dia, maraknya aktivitas sosial dan ekonomi setelah pembatasan ketat di era pandemi Covid-19, ternyata belum diikuti pemulihan usaha. Di sisi lain, jelasnya, pengusaha harus melunasi kewajibannya ke pihak bank meski masih dalam kondisi babak belur.

"Semua pihak melihat kan traffic-nya meningkat, berarti sudah terjadi pemulihan padahal kejadian 2020-2021 dan sampai berkembang ke tahun 2022 terhadap kewajiban perbankan itu juga cukup besar. Banyak kewajiban di dalam situ (pendapatan) yang termasuk untuk kewajiban perbankan mereka yang mereka punya tanggungan di sana," ujar Maulana.

"Hal-hal seperti ini tentu juga menjadi sesuatu dinamika yang cukup berat bagi industri itu sendiri, dalam bertahan atau mereka mencoba untuk pulih kembali, selain dari sisi traffic-nya saja," tambah dia.

Dia pun tak menampik akan adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri restoran tanah air, khususnya untuk gerai restoran yang belakangan pada tutup.

"Ya kalau dia tutup, tentu iya betul (ada PHK)," pungkasnya.

Dengan demikian, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, penyelamatan restoran harus segera dilakukan agar tidak semakin banyak gerai yang tutup. Apalagi kontribusi restoran terhadap pajak khususnya ke pemerintah daerah juga besar.

"Justru sektor restoran ini yang menyumbang sebetulnya melebihi daripada hotel, kalau kita bicara dari pajaknya," kata Hariyadi.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap, Biang Kerok Warunk Upnormal Cs Diam-diam Tumbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular