
Restoran Viral Bertumbangan, Ini Alasan Pengusaha

Jakarta, CNBC Indonesia - Nama restoran seperti Warunk Upnormal dan Fish & Co belakangan mencuat. Bukan karena restoran tersebut melakukan ekspansi namun justru sebaliknya. Mereka terpaksa harus menutup gerainya satu per satu secara permanen. Kok bisa?
Diketahui, Warunk Upnormal menutup permanen sejumlah gerai di berbagai kota dan pulau. Sementara, Fish & Co sudah menutup seluruh gerainya di Indonesia mulai akhir 2022 lalu. Hal ini terpantau dari pernyataan yang diunggah perusahaan lewat akun Instagram resminya.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di bisnis restoran?
Kalangan pengusaha mengakui bahwa restoran merupakan bisnis yang rentan dengan perubahan perilaku pasar. Apalagi, selama dua tahun habis terpukul oleh pandemi Covid-19 dan aturan jaga jarak yang dituding telah memicu tutup massalnya bisnis ini.
![]() Suasana salah satu Gerai makanan Warunk Upnormal yang tutup di Kawasan Depok, Jawa Barat, Selasa (7/2/2023). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) |
"(Restoran) Bisa sangat mudah untuk tutup, buka lagi dan lain sebagainya, tapi ini adalah PR kita," kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani dalam konferensi pers pembukaan Rakernas III PHRI 2023 beberapa waktu lalu, dikutip Senin (20/2/2023).
Adapun beberapa faktor mengapa bisnis restoran begitu rentan, menurut Hariyadi, salah satunya karena pemilik restoran belum memiliki kompetensi yang cukup baik dalam manajemen dan sumber daya manusia untuk mengelola usahanya.
Kemudian biaya sewa tempat yang terlalu tinggi juga menjadi masalah. Untuk menutupi biaya sewa, maka restoran harus menjual lebih banyak kuantitas. Jika tidak mencapai target, maka restoran bakal kesulitan untuk membayar berbagai kewajibannya.
Untuk itu, Hariyadi menambahkan, upaya untuk menyelamatkan restoran harus segera dilakukan agar tidak semakin banyak gerai yang tutup. Apalagi kontribusi terhadap pajak khususnya ke pemerintah daerah juga besar.
"Justru sektor restoran ini yang menyumbang sebetulnya melebihi daripada hotel, kalau kita bicara dari pajaknya," ucapnya.
Sementara itu, permasalahan lainnya yang membuat banyak restoran tutup adalah pengusaha harus melunasi kewajibannya ke pihak bank. Dengan kondisi bisnis yang belum sepenuhnya pulih, ini membuat beban bagi mereka.
"Semua pihak melihat kan traffic-nya meningkat, berarti sudah terjadi pemulihan padahal kejadian 2020-2021 dan sampai berkembang ke tahun 2022 terhadap kewajiban perbankan itu juga cukup besar. Banyak kewajiban di dalam situ (pendapatan) yang termasuk untuk kewajiban perbankan mereka yang mereka punya tanggungan di sana," timpal Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran.
Maulana tak menampik akan adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri restoran tanah air, khususnya untuk gerai restoran yang belakangan pada tutup.
"Ya kalau dia tutup, tentu iya betul (ada PHK)," pungkasnya.
(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Gerai-Gerai Warunk Upnormal Bertumbangan, Ada Apa?