Demi Jadi Raja Baterai EV, RI Tak Segan Rayu Negara Tetangga

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
15 February 2023 13:30
Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co
Foto: Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia semakin gencar dalam usahanya untuk mewujudkan cita-cita menjadi raja baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/ EV) dunia.

Namun sayang, cita-cita itu nampaknya tidak bisa berjalan mulus, terutama karena tak adanya salah satu komoditas mineral di dalam negeri untuk mendukung pembuatan baterai EV tersebut, yaitu lithium.

Seakan tidak kehilangan harapan, Indonesia terus mencari sumber lithium hingga keluar negeri. Baru-baru ini, Pemerintah RI melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sudah berdiskusi dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese untuk menjajaki potensi impor lithium dari Negeri Kanguru tersebut.

Seperti diketahui, Australia merupakan salah satu pemilik lithium terbesar di dunia.

"Saat ini Indonesia berfokus untuk mengembangkan dan memperluas industri hilir, dalam hal ini industri baterai lithium sebagai sumber energi kendaraan listrik. Untuk memenuhi target kami menjadi produsen baterai lithium terbesar di dunia, kami berharap dapat meningkatkan impor lithium dari Australia," ungkap Luhut, seperti dikutip dari akun Instagramnya @luhut.pandjaitan, Selasa (14/02/20203).

Lantas, apakah "rayuan" Indonesia kepada Australia bisa menjadi secercah harapan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia menjadi raja baterai EV?

Menjawab hal ini, Deputi Kerjasama Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan mengatakan bahwa Indonesia bisa bekerja sama dengan Australia terkait pengadaan salah satu bahan baku baterai EV yakni lithium.

"Kalau bicara lithiumnya, tadi dibilang Australia punya lithium, tapi Australia, pemerintahnya tidak punya kebijakan hilirisasi. Sehingga kemarin kita (Indonesia) bertemu dengan pemerintah Australia Barat mereka ingin kerja sama dengan Indonesia menjadi suplai baterai EV. Sehingga ini potensi terbuka," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam program 'Mining Zone', dikutip Rabu (15/2/2023).

Dia mengatakan, komponen lithium yang digunakan untuk pembuatan baterai EV tidak sebanyak nikel yang juga menjadi komponen pembuatan baterai EV. Seperti diketahui, Indonesia merupakan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia.

Nurul menilai, yang terpenting adalah komitmen pemerintah dalam menggapai cita-cita menjadi raja baterai EV, di mana saat ini seluruh komponen sudah bisa didapatkan walaupun harus mengimpor lithium dari negara lain.

"Jadi begini, kalau kita bicara dari sisi ini (baterai EV), maka komponen yang paling besar yang digunakan untuk baterai lithium itu nikel, untuk dia bisa menjadi katoda, untuk dibuat di sana. Yang paling penting sebenarnya adalah komitmen pemerintah apakah kita mau menjadi bagian supply chain dunia," tegasnya.

Perlu diketahui, sebelum Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan PM Albanese, kemarin, Senin (13/02/2023), Luhut sempat bertemu dengan para pengusaha lithium di Australia. Pertemuan tersebut dijembatani antara Australia Indonesia Business Council bersama KJRI Perth.

Menurut Luhut, meskipun Indonesia saat ini dianugerahi dengan kekayaan sumber daya nikel yang cukup besar, namun hal tersebut belum cukup menjadikan negara ini sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia.

"Ini belum mampu menjadikan kita sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia karena kita tidak punya Lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai EV," ujar Luhut dikutip dalam akun Instagram pribadinya, Senin (2/13/2023).

Ia menilai Australia merupakan kandidat terbaik dan partner potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan Industri baterai EV ke depan. Apalagi, setengah dari lithium dunia berada di Negeri Kanguru.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demi Jadi Raja Baterai, Luhut: RI Impor Lithium Australia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular