Pak Jokowi, Lupakan Mimpi RI Jadi Negara Maju!

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
10 February 2023 07:50
Presiden, Joko Widodo, jokowi
Foto: Presiden Joko Widodo (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pertumbuhan ekonomi saat ini, dinilai sebagai pertumbuhan yang tidak berkualitas, yang tidak mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pertumbuhan ekonomi hanya diarahkan untuk pembangunan infrastruktur.

Hal ini disampaikan langsung oleh Ekonom Senior Indef Faisal Basri dalam diskusi Catatan Awal Tahun 2023 pada 5 Januari 2023, dikutip Jumat (10/2/2023).

Menurut Faisal, memburuknya kualitas pertumbuhan ekonomi ini dipicu komposisi investasi yang diarahkan pemerintah kebanyakan untuk sektor-sektor infrastruktur.

Sementara investasi Indonesia di bidang IT, hingga riset jauh tertinggal dibanding negara lain.

"Investasi di Indonesia sebetulnya tinggi, tapi lihat Indonesia itu temannya Nepal dan Myanmar, investasinya otot, fisik, berupa building and construction jadi bukan otak yang dibangun," ucap Faisal.

Mengutip data APO Productivity Databook 2022, Faisal menunjukkan komposisi investasi Indonesia mayoritas untuk konstruksi, sebesar 83%. Setara dengan Nepal yang di urutan pertama 85% dan Myanmar 81%.

Untuk IT dan Research and Development (R&D) tak sampai 5% sedangkan investasi lainnya yang non IT hanya di kisaran 10% dan peralatan transportasi di kisaran 3%.

Adapun Thailand, kata Faisal investasi infrastrukturnya hanya 32%, sedangkan untuk IT Capital bisa mencapai 13% dan R&D sebesar 4%, peralatan transportasi 25%, dan lainnya non IT 26%.

Demikian juga dengan Malaysia yang investasi IT Capitalnya sudah di posisi 16%, R%D di kisaran 4%, peralatan transportasi 7% dan investasi lainnya non IT mampu mencapai 18%. Sedangkan untuk investasi di sektor konstruksinya sebesar 50%.

China sendiri dengan luas wilayah yang Cukup besar, berdasarkan data Faisal, porsi investasinya untuk sektor konstruksi hanya 63%, untuk peralatan transportasi 9%, IT Capital 7%, R&D 4%, dan lainnya non IT sebesar 17%.

"Bikin ibu kota, LRT, MRT, Kereta Cepat, oke, kita enggak menolak, tapi harus diiringi oleh suntikan otak dalam bentuk IT Capital, other non IT Capital, dan R&D. Ini yang mendukung sustainable pertumbuhan itu," ujar Faisal.

Oleh sebab itu, ia memperkirakan, hingga 2045 pun akan sulit bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara dengan pendapatan menengah atau middle income trap, sebab investasinya untuk meningkatkan kerja otak anak bangsanya sangat minim. Indonesia mungkin gagal jadi negara maju.

"Itulah yang pada akhirnya hampir bisa dipastikan Indonesia akan mengalami middle income trap, tidak terhindarkan kalau business as usual masih jalan terus seperti sekarang ini," kata Faisal.

(cap/cap)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular