
Marak Mal Sepi Bak Kuburan di DKI, Mal Ini Malah Tetap Ramai

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski ramai mal-mal lama dan legendaris di Jakarta kini sepi bak 'kuburan', ternyata tidak begitu dengan dengan Thamrin City. Mal ini terkenal sebagai pusat perbelanjaan batik dan pakaian muslim di Jakarta.
Pantauan CNBC Indonesia, Selasa (8/2/2023), tampak deretan toko yang menjual kain Nusantara. Kain atau pakaian jadi yang dijual beragam, mulai dari batik, tenun, kebaya, sampai dengan songket juga ada. Mulai dari lantai 1, sampai dengan lantai 2 terisi penuh. Tak hanya toko yang terisi, namun kios-kios yang berada di depan toko pun dipadati oleh para pedagang.
Berbeda dengan pemandangan di mal-mal yang wilayah lain Jakarta, yang lengang, tak hanya sepi pengunjung tapi juga ditinggal tenant (penyewa).
Hiruk pikuk promosi dan negosiasi antara pembeli dan penjual sangat terasa di pusat perbelanjaan ini. Aktivitas jual beli pun dapat dikatakan berjalan sesuai dengan yang seharusnya terjadi di sebuah pusat perbelanjaan.
Pengunjung tampak memadati toko-toko, tak hanya sekadar melihat-lihat tapi juga berbelanja.
Lalu apa yang membuat Thamrin City berbeda dari mal-mal lain di Jakarta yang kini sepi bak 'kuburan'? Apakah karena menjadikan mal sebagai pusat perbelanjaan segmen khusus jadi strategi kunci?
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja membenarkan hal itu. Dia mengatakan, pusat perbelanjaan yang khusus hanya menjual barang atau produk kategori tertentu masih akan tetap menjadi destinasi belanja bagi masyarakat.
"Mayoritas pengunjung yang datang berkunjung sudah memiliki tujuan ataupun maksud yang sudah pasti yaitu untuk membeli barang ataupun produk kategori tertentu tersebut," kata Alphonzus kepada CNBC Indonesia, Rabu (8/2/2023).
![]() |
Hal ini sedikit berbeda dengan pusat perbelanjaan umum, di mana pengunjung datang berkunjung belum tentu dengan hanya bertujuan berbelanja saja, tetapi juga memiliki maksud lainnya, seperti mencari hiburan, tempat bertemu, mencari makan, ataupun sekadar jalan-jalan.
Hanya saja, Alphonzus pun menambahkan, strategi itu tak bisa digeneralisasikan sebagai strategi jitu untuk mal bisa bertahan hidup di tengah gempuran kondisi perekonomian dan perkembangan zaman.
Sebab, kata dia, pusat perbelanjaan juga sangat tergantung dengan kategori barang dan produk yang dijual.
Di sisi lain, salah satu faktor yang mungkin jadi penopang menggeliatnya aktivitas ekonomi di Thamrin City adalah marak pedagang yang juga memanfaatkan platform media sosial seperti TikTok.
Menariknya, sebagian besar pedagang beralih jualan secara live karena memang diajak oleh pihak TikTok yang berkeliling Thamrin City dan menawarkan kesempatan untuk berjualan melalui platform media sosialnya. Bahkan, pihak TikTok pun ikut memberikan pendampingan sampai pedagang mengerti cara meraup cuan dari live TikTok.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Punya Pesan Khusus ke Pengusaha Batik, Isinya Begini
