Kasihan Mal Sepi Bak Kuburan di Jabodetabek, Cuma Bisa Nunggu

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
13 January 2023 17:20
Sepi dan lenggangnya pusat perbelanjaan terkadang membuat pemiliknya memutuskan untuk menjual asetnya tersebut, seperti halnya Mal Cibinong Square yang berlokasi di wilayah Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Sepi dan lengangnya pusat perbelanjaan terkadang membuat pemiliknya memutuskan untuk menjual asetnya tersebut, seperti halnya Mal Cibinong Square yang berlokasi di wilayah Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena mal-mal yang dulu selalu ramai dan jadi pusat perbelanjaan legendaris kini terlihat sepi pengunjung, banyak kios tenant tutup, bahkan beberapa mal harus menutup sebagian areanya karena terlalu lengang.

Ada juga mal yang berusaha tetap beroperasi tapi dengan standar minim, mulai dari mematikan lampu di beberapa bagian mal, tidak mengoperasikan eskalator atau lift jika tidak diminta tenant. Demi menghemat biaya operasional mal. 

Pandemi Covid-19 yang merebak sejak tahun 2020 lalu dituding jadi salah satu pemicu penderitaan mal-mal di wilayah Jabodetabek, ditinggal pengunjung dan pedagang. Menyusul pembatasan aktivitas sosial, mulai dari skala besar hingga skala mikro. Dan, tepatnya pada 30 Desember 2022, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya resmi mencabut kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi dan hampir 'mematikan' mal-mal di wilayah Jabodetabek ini, hingga seolah 'hidup segan mati tak mau'?

Benarkah, konsep mal strata title jadi penyebab ringkihnya mal-mal di Indonesia hingga ambruk diterpa pandemi Covid-19? Seperti yang sebelumnya diungkapkan Corporate PR and Reputation Management Lippo Malls Nidia N Ichsan. Dia mengatakan, penyebab sepinya mal-mal tersebut sangat kompleks. Salah satunya, karena status mal yang merupakan strata title mall. Meski, faktor utamanya adalah karena efek domino pandemi Covid-19.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit membenarkan hal itu. 

"Ya, karena secara konsep, luas ruang mal strata jauh lebih kecil, bahkan ada yang hanya 2x2 m2. Sedangkan di mal non-strata (leased mall) luasnya minimal 4x5 m2. Jadi jumlah pedagang sangat banyak," kata Panangian kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/1/2023).

Sementara dari sisi pedagang, kata dia, untuk mall strata pada umumnya adalah pedagang lokal sekelas UMKM. Berbeda halnya dengan pedagang yang mengisi mal non-strata pada umumnya adalah achor tenant (teman besar) jaringan internasional, seperti Sogo, Seibu, Metro, dan lain sebagainya.

"Diikuti dengan Louis Vuitton, Gucci, Zara (untuk pedagang di dalam mal non-strata)," ujarnya.

Panangian menyebut mal dengan konsep non-strata atau leased mall bisa bertahan lebih baik di tengah krisis ekonomi karena pengisi atau tenant dari mal strata lebih rentan terhadap krisis ekonomi.

"Benar konsep mal strata menjadi penyebab (dari fenomena mal sepi), karena yang mengisi mal strata adalah usaha-usaha kecil (UMKM), jadi pasti jauh lebih tepengaruh oleh krisis, sudah pasti itu," kata Panangian.

"(Sementara) pengisi leased mall itu kan retailer raksasa jaringan global yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun berdiri. Artinya jauh dari pengaruh krisis ekonomi, selain karena barang-barangnya ditujukan untuk kalangan kelas menengah ke atas yang tidak rentan terhadap krisis, juga karena pemilik brand luxury international itu biasanya tidak mempan krisis," tambahnya.

Namun, menurut Panangian, pengusaha mal tak perlu harus beralih dan mengubah konsep dari strata ke non-strata. 

"Tidak ada yang perlu dilakukan. Kecuali menunggu pemulihan ekonomi sambil membuat promosi supaya mal-mal strata itu bisa kembali ramai diisi oleh pedagang dan dikunjungi oleh konsumen," katanya.

"Pengisi leased mall itu kan retailer raksasa, jaringan global yang sudah puluhan bahkan ratusan tahun berdiri. Artinya jauh dari krisis. Selain karena barang-barangnya ditujukan untuk kalangan atas-menengah yang tidak rentan krisis. Juga karena pemilik brand luxury itu nggak mempan krisis. Nggak usah diajarin kalau untuk leased mall (untuk bisa bertahan ramai pengunjung)," tukas Panangian.

Apalagi, dia menambahkan, tak mudah mengubah konsep dari strata title mall menjadi leased mall. 


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah, Mal Sepi Seperti Kuburan Kepung Jakarta, Ini Lokasinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular