Listrik Nganggur Makin Besar, PLN Bisa Makin Boncos!
Foto: CNBC Indonesia/ Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini masih mengalami kondisi over supply atau kelebihan pasokan listrik. Kondisi tersebut terjadi lantaran adanya ketidaksesuaian antara proyeksi permintaan listrik dan realisasi yang ada saat ini.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyampaikan kondisi kelebihan pasokan listrik terjadi imbas adanya ketidaksinkronan antara target 35 Giga Watt (GW) dan realisasi. Ditambah lagi, permintaan listrik PLN tidak pernah tumbuh di atas 5%.
Sementara itu, kondisi kelebihan pasokan listrik yang saat ini terjadi berpotensi membuat perusahaan setrum negara yakni PLN tekor triliunan rupiah. Hal tersebut menyusul dengan adanya kebijakan take or pay yang membuat tagihan pembelian listrik PLN dari produsen swasta atau (independent power producer/IPP) membengkak.
"Dengan adanya ini, jika PLN tidak bisa menyerap dan menurut keterangan PLN untuk setiap 1 gigawatt (GW) beban finansial yang harus dibayar PLN mencapai Rp 3 triliun. Ini yang saya kira menjadi isu," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (6/2/2023).
Adapun, dalam kontrak jual beli ini, salah satu yang diatur adalah mengenai denda. PLN diwajibkan mengambil seluruh pasokan listrik terkontrak atau membayar denda bila tidak mengambil sesuai dengan volume terkontrak.
Namun demikian, Fabby menilai kondisi tersebut jangan dijadikan alasan untuk membuat pembangunan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia menjadi sulit. Apalagi berdasarkan data-data menunjukkan bahwa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang dioperasikan PLN sudah cukup tua.
"Sudah lewat usia ekonomis yang sebenarnya sudah tidak lagi digunakan tetapi kita tahu bahwa 2016 ada sejumlah pembangkit seperti Suralaya Paiton itu usianya diperpanjang di revaluasi. Harusnya ya ketika ini direncanakan pembangkit pembangkit ini sudah dipensiunkan," kata dia.
[Gambas:Video CNBC]
Listrik 450 VA Tidak Dihapus Hingga Rekor Inflasi Inti Jepang
(pgr/pgr)
